Bisnis Salon Diharapkan Boleh Beroperasi Lagi, Ini Usulan Pengusaha

Rabu, 03 Juni 2020 | 11:42 WIB
Bisnis Salon Diharapkan Boleh Beroperasi Lagi, Ini Usulan Pengusaha
Ilustrasi salon. (Unsplash/Aw Creative)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejak memberlakukan kebijakan lockdown pada Maret lalu, tidak ada lagi salon yang beroperasi di Inggris. Kini para pengusaha salon berharap dia mereka bisa segera membuka usahanya kembali.

Belakangan, kebijakan lockdwon mulai dilonggarkan dan berbagai ruang usaha bisa bergerak lagi secara bertahap, misalnya bisnis makanan cepat saji.

Namun, melansir Daily Star, Selasa (2/6/2020) kemarin, Sekretaris Negara untuk pemerintah Inggris menyatakan bahwa salon kemungkinan harus tetap tutup sampai setidaknya 4 Juli mendatang.

Rupanya, hal tersebut mendapat tentangan dari sebagian masyarakat setempat. Sebuah petisi berisi tuntutan agar penata rambut diizinkan membuka usahanya lebih awal pun muncul dan telah mengumpulkan paling tidak 10.000 tanda tangan.

Baca Juga: Pekan Besok Bekasi Mulai New Normal, Mal, Bioskop, Sampai Salon Dibuka!

Ilustrasi salon. (Unsplash/Aw Creative)
Ilustrasi salon. (Unsplash/Aw Creative)

Shai Greenberg, CEO sekaligus salah satu pendiri salon rambut Gielly Green yang berbasis di London merupakan penggerak petisi tersebut. Salonnya telah ditutup sejak 23 Maret lalu dan dia mencoba meyakinkan Perdana Menteri Boris Johnson agar mempertimbangkan kembali soal 4 Juli itu.

Salon diharapkan bisa kembali beroperasi awal Juni ini. Shai bahkan mengajukan usulan pedoman kesehatan dan keselamatan di salon, antara lain termasuk:

  • Klien dan staf mengenakan masker setiap saat
  • Disinfeksi alat secara teratur
  • Jarak dua meter di antara setiap pos kerja
  • Semua klien harus diperiksa suhu badannya
  • Menggunakan hand sanitizer saat masuk
  • Adanya layar keamanan di mana interaksi tatap muka dapat terjadi

Senada, British Beauty Concil sebelumnya juga telah mencoba melakukan pendekatan kepada pemerintah dan membahas soal kewajiban staf mengenakan APD, rambut diikat ke belakang dan masker.

Mereka juga menyarankan salon tak lagi memberikan fasilitas majalah dan tidak perlu meminta pelanggan meninggalkan barang mereka di loker.

"Dampak penundaan pembukaan kembali salon akan menghasilkan banyak penutupan di seluruh Inggris, berdampak negatif terhadap pendapatan pajak bagi pemerintah dan secara menyedihkan meningkatkan angka pengangguran," ungkap Shai.

Baca Juga: Salon Dibuka Kembali, Tukang Cukur Positif Covid-19 dan Menularkan ke Klien

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI