Masa Pandemi Covid-19, 5 Tradisi di Yogyakarta Ini Bakal Sangat Dirindukan

Kamis, 21 Mei 2020 | 16:05 WIB
Masa Pandemi Covid-19, 5 Tradisi di Yogyakarta Ini Bakal Sangat Dirindukan
Grebeg Syawal di Yogyakarta [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Demi mencegah persebaran virus corona, pemerintah memberikan himbauan kepada para perantau untuk menunda mudik ke kampung halaman mereka, termasuk salah satunya di Yogyakarta.

Merayakan Hari Raya Idul Fitri di Yogyakarta tentu saja menjadi salah satu momen yang dirindukan oleh banyak orang. Pasalnya, banyak tradisi yang dilakukan bersama keluarga ketika lebaran tiba di Yogyakarta.

Lalu, tradisi apa saja yang bakal dirindukan dan tertunda akibat adanya pandemi virus corona ini?

Berikut Suara.com rangkum selengkapnya, tradisi lebaran di Yogyakarta dari berbagai sumber, Kamis (21/5/2020).

Baca Juga: Wali Kota Magelang Imbau Masyarakat Laksanakan Salat Idul Fitri di Rumah

1. Sungkeman atau saling bermaafan

Sungkeman atau bermaaf-maafan merupakan salah satu tradisi Lebaran di Indonesia. (Shutterstock)
Sungkeman atau bermaaf-maafan merupakan salah satu tradisi Lebaran di Indonesia. (Shutterstock)

Travelers yang berasal dari Yogyakarta tentu sudah tidak asing dengan tradisi sungkeman. Sungkeman dilakukan oleh generasi muda kepada anggota keluarga yang lebih tua sebagai wujud menghormati dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat. Tradisi ini umumnya dilakukan usai melaksanakan salat Idul Fitri.

2. Salat Idul Fitri

Ribuan umat muslim melaksanakan Salat Idul Fitri 1438 Hijriah di Lapangan Merdeka, Kota Solok, Sumatera Barat, Minggu (25/6). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Ilustrasi salat Idul Fitri. [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Yogyakarta memiliki dua istana yakni Pura Pakualaman dan juga Keraton Yogyakarta. Keduanya memiliki lapangan yang biasanya digunakan untuk melaksanakan salat Idul Fitri.

Tidak sedikit biasanya para pemudik yang mewajibkan diri untuk salat Idul Fitri di Alun-Alun Utara karena rindu suasananya. Kendati demikian sejumlah kecamatan juga menggelar salat Idul Fitri di lingkungan mereka.

Baca Juga: Intip Tradisi Grebeg Syawal di Yogya untuk Peringati Hari Raya Idul Fitri

3. Ujung atau bersilaturahmi

Momen bersilaturahmi di Yogyakarta kerap dijuluki dengan tradisi ujung. Di mana, ujung ini merupakan tradisi anggota keluarga yang lebih muda berkunjung ke rumah sesepuh mereka. Tujuan dilakukannya ujung tentu saja demi menjaga silaturahmi.

4. Upacara Grebeg Syawal

Gunungan Grebeg Syawal di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. (Arendya/Suara)
Gunungan Grebeg Syawal di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. (Arendya/Suara)

Tradisi Grebeg Syawal ini merupakan upacara adat Keraton Yogyakarta yang rutin diselenggarakan setiap tanggal 1 Syawal pada penanggalan hijriah. Gunungan sendiri merupakan bentuk sedekah hasil bumi dari Sultan kepada rakyatnya yang akan diarak oleh abdi dalem dan akan diserbu oleh masyarakat.

Biasanya banyak sekali wisatawan yang datang untuk ikut berebut gunungan. Namun akibat pandemi virus corona ini, pihak Keraton Yogyakarta telah memutuskan untuk meniadakan Gunungan atau Grebeg Syawal demi menghindari kerumunan.

5. Bersantap ketupat

Ilustrasi ketupat ketan. (Shutterstock)
Ilustrasi ketupat ketan. (Shutterstock)

Hari Raya Idul Fitri rasanya kurang lengkap tanpa hadirnya opor ayam, sambal goreng, rendang dan tentu saja ketupat. Ya, di hari lebaran, orang-orang khususnya masyarakat Yogyakarta biasanya menyantap sajian opor dan masakan lainnya dengan ketupat.

Itu dia 5 tradisi lebaran di Yogyakarta yang sepertinya untuk tahun ini akan sangat dirindukan. Semoga pandemi virus corona segera usai sehingga di tahun depan kita dapat melepas rindu dengan menjalankan tradisi ini kembali, ya!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI