Suara.com - Setiap orang pasti pernah bernostalgia terhadap momen yang telah lama dilewatinya. Entah itu momen bahagia atau pun momen sedih.
Nostalgia bisa dilakukan secara sengaja, seperti pada acara reuni sekolah, atau juga tidak disengaja, misal saat mendengar lagu kenangan bersama mantan kekasih ketika pergi ke minimarket.
Secara sadar, manusia akan melakukan nostalgia karena membutuhkannya sebagai penanda momen.
"Contohnya ulang tahun, hari jadi pernikahan. Itu kan sebenarnya hanya sekadar momen. Kalau bicara hari, hari ya 24 jam, pagi sampai malam. Tidak ada perbedaan tanggal, kalau kita bicara harian saja," kata psikiater dr. Jiemi Ardian kepada Suara.com saat dihubungi Minggu (17/5/2020).
Baca Juga: Duh! Ilmuwan Temukan Virus Corona Baru Berhubungan dengan Covid-19
Ia menjelaskan bahwa peristiwa apa pun yang dihadapi manusia akan terkait dengan memori. Momen bahagia akan cenderung tersimpan baik dalam memori. Dan suatu waktu manusia ingin kembali memiliki memori baru yang serupa.
Menurut Jiemi, cara memiliki memori baru tersebut tidak harus dengan mengulang momen yang telah lewat tersebut.
"Kita nggak sadar bahwa itu sekadar pikiran kita saja. Tidak semuanya benar. Kita memang ingin mengulangi, sebenarnya bisa digantikan dengan yang lain. Seperti melihat foto, melihat video atau rekaman," katanya.
Ia menyampaikan bahwa pikiran untuk melakukan nostalgia itu sebenarnya dorongan emosional, bukan pikiran rasional. Sehingga masih bisa dikendalikan.
"Bisa dikontrol, dan problemnya kalau kita tidak sadar dan justru memilih untuk mengikuti emosi itu," tuturnya.
Baca Juga: Update Covid-19 Global 18 Mei: Rusia Kasus Positif Terbanyak Nomor Dua