Orgasme Tidak Selalu Penanda Seks yang Memuaskan, Benarkah?

Senin, 11 Mei 2020 | 21:05 WIB
Orgasme Tidak Selalu Penanda Seks yang Memuaskan, Benarkah?
Ilustrasi orgasme. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orgasme Tidak Selalu Penanda Seks yang Memuaskan, Benarkah?

Orgasme kerap dianggap sebagai penanda hubungan intim atau seks berjalan dengan baik dan memuaskan.

Namun kini, beberapa peneliti telah mengidentifikasi bahwa orgasme tak selalu menunjukkan sebuah seks memuaskan.

Dikutip dari Health.com, sebuah studi yang dipublikasikan Archives of Sexual Behavior menjelaskan adanya orgasme yang 'buruk' dan mengapa hal itu bisa terjadi pada orang-orang.

Baca Juga: 5 Manfaat Luar Biasa Kurma Bagi Kesehatan

Orgasme yang buruk merupaka orgasme yang dirasakan tidak memuaskan, tidak nikmat, dan bisa memiliki dampak negatif pada hubungan, seksualitas, dan kesehatan psikologis.

Studi ini mengumpulkan data dari 726 peserta. Kesimpulan ini diambil dari seks yang konsensual.

Misalnya, Anda tidak ingin bertengkar dengan pasangan soal tidak melakukan seks dan setuju melakukannya, namun orgasme yang timbul tidak membuat Anda merasa puas karena sejak awal Anda tidak tertarik melakukannya.

Alasan lainnya adalah karena rasa kewajiban untuk orgasme. Menurut para peneliti, riset telah menunjukkan bahwa rasa tekanan untuk orgasme juga memunculkan rasa stres atau dampak negatif lainnya.

"Sebagai contoh, lelaki dan perempuan seringkali menyebutkan mereka merasa wajib untuk orgasme selama aktivitas seksual yang konsensual untuk memastikan seks tersebut terasa adil dan ideal antar pasangan," tulis riset tersebut.

Baca Juga: Tukang Becak Meninggal di Emperan Toko, Diduga Kelaparan di Tengah Pandemi

Dengan kata lain, saat ada tekanan tersebut, hasil akhirnya tidak selalu membuat Anda merasa positif.

Kemudian alasan lainnya termasuk masalah kesehatan yang mengganggu kepuasan seksual. Salah satu peserta mengatakan pada peneliti bahwa orgasme yang ia rasakan tidak memuaskan dan menyakitkan.

Terkadang orgasme bisa menjadi buruk karena seks tidak melibatkan koneksi mental. Misalnya seperti salah satu peserta yang terburu-buru mendapatkan orgasme karena ingin segera mengakhiri aktivitas seksual tersebut, dan orgasme yang ia rasakan tidak memuaskan karena tidak terikat secara mental dengan aktivtias itu.

Garis besarnya, ada banyak faktor yang mempengaruhi apakah sebuah orgasme bagus atau tidak dan karena Anda dan pasangan Anda mengalami orgasme, belum berarti mereka atau Anda benar-benar menikmatinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI