Pakar: Informasi Covid-19 Lebih Menakutkan daripada Penyakitnya

Vania Rossa
Pakar: Informasi Covid-19 Lebih Menakutkan daripada Penyakitnya
Profesor Doktor Alo Liliweri, pakar komunikasi dari Universitas Nusa Cendana, Kupang. (Antara)

Informasi tentang Covid-19 saat ini terlalu banyak masuk ke setiap kepala orang dan menimbulkan kebingungan.

Suara.com - Di tengah pandemi Covid-19 ini, ada begitu banyak informasi seputar penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini berseliweran di media. Tak sedikit informasi Covid-19 ini menakutkan masyarakat, lantaran menyajikan hal-hal yang bersifat negatif.

Tak heran kalau disebutkan informasi Covid-19 yang beredar saat ini lebih menakutkan masyarakat daripada penyakit itu sendiri, demikian dikatakan pakar komunikasi dari Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang, Profesor Doktor Alo Liliweri.

"Saat ini saya melihat bermunculan orang yang lebih takut informasi mengenai Covid-19 daripada virus itu sendiri," katanya, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (9/5/2020).

Ia mengatakan, informasi tentang pandemi Covid-19 saat ini terlalu banyak masuk ke setiap kepala orang, dan bisa dengan mudah diakses dari media, baik online maupun berbagai jejaring media sosial lainnya.

Baca Juga: Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement

Hal itu, lanjut dia, yang membuat orang pada titik kebingungan untuk memastikan mana yang benar dan palsu.

"Secara teori, dalam keadaan kebingungan seperti sekarang, orang mulai mencari media alternatif yang bisa lebih dipercaya karena dari berbagai informasi yang masuk membuat orang sulit membedakan mana yang benar, mana yang salah atau palsu," katanya.

Dosen Pascasarjana Undana Kupang itu, mengatakan dalam kondisi seperti ini media arus utama maupun media daring perlu menghadirkan produk pemberitaan yang menyejukkan terkait dengan pandemi Covid-19.

Menurut dia, hal itu penting karena media arus utama maupun media daring bisa mengontrol dirinya dibandingkan dengan jejaring media sosial, seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan lainnya.

Oleh karena itu, katanya, konten pemberitaan perlu diarahkan agar orang bisa merasa senang, bukan senang karena virusnya, tetapi bisa membayangkan masa depan karena merasa tidak binasa karena virus.

Baca Juga: Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia

"Ini penting karena saat ini melalui media sosial, orang-orang sudah tahu berapa orang yang kesulitan makan, yang dipecat dari pekerjaan, yang mengganggur, dan lainnya," katanya.