Suara.com - Secara alami, manusia selalu memiliki respon terhadap kondisi apa pun yang dihadapinya. Manusia memiliki pilihan, apakah akan memberi respon positif atau merespon secara negatif.
Tetapi terkadang manusia menyesali respon yang ia tentukan sendiri. Atau ada pula yang kebingungan cara menentukan respon.
Psikiater dari RS Siloam Bogor Jiemi Ardian menjelaskan respon bisa ditentukan dari pikiran, perasaan, dan perilaku. Ketiga hal tersebut saling berkaitan.
"Apa yang dipikirkan jadi apa yang kita rasakan. Apa yang kita lakukan jadi apa yang kita pikirkan. Muter aja terus bertiga," kata Jiemi saat siaran langsung Instagram bersama PDSKJI, Rabu (6/5/2020).
Baca Juga: Hadapi Pandemi Corona, Media Diminta untuk Saling Berkolaborasi
Ia menjelaskan bahwa pikiran dan perasaan dipengaruhi oleh kejadian di luar diri yang tak bisa dikendalikan. Sehingga yang bisa dilakukan untuk menentukan respon adalah mengubah pikiran, perasaan, atau perilaku.
"Saran saya, jangan ubah perasaan karena susah. Perasaan nggak ada tombol on off-nya. Tapi pikiran sama perilaku mudah diubah. Contoh lagi cemas, jantung berdebar, ya lari aja sekalian. Manfaatkan debaran itu sekalian untuk lari," ucapnya.
Menurut Jiemi, pikiran tidak sama dengan realita. Pikiran merupakan persepsi dari realita sehingga belum tentu nyata. Maka yang bisa diubah adalah persepsi terhadap realita. '
"Contoh kalau kita berpikir 'kapan Covid-19 selesai?', coba ubah dengan 'saya tidak tahu kapan Covid-19 akan selesai'. Fokus yang bisa dilakukan saat ini. Ubah persepsi terhadap realita, yang bisa kita ubah persepsinya bukan realitanya," katanya.
Baca Juga: Saling Bantu Hadapi Pandemi, Universitas Gangwon Korsel Sumbang APD ke FKUI