Suara.com - Hardiknas 2020 di Tengah Pandemi: Ini Curhatan Siswa, Orangtua dan Guru.
Hari ini, Sabtu 2 Mei 2020, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Peringatan Hardiknas 2020 tentu saja sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu mengadakan upacara bendera, mengingat hingga kini kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk sementara ditiadakan karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya untuk menekan laju penyebaran virus Corona Covid-19.
Baca Juga: Menggemaskan, Foto Terbaru Putri Charlotte di Ulang Tahun Ke-5
Kondisi ini membuat para siswa belajar dari rumah yang dijalaninya sekitar 1 bulan lebih. Selama itu pula baik para siswa, orangtua dan guru merasakan dampak positif dan negatif dari kondisi ini.
Apa pendapat dan curhatan mereka selama menjalani program belajar dari rumah? Berikut ulasan selengkapnya.
Wildan Faiz Fadillah (10), siswa kelas 5 SD mengaku, awalnya sangat senang kegiatan belajar di sekolah ditiadakan untuk sementara, lalu beralih belajar dari rumah.
Pasalnya ia tidak dituntut untuk bangun pagi setiap hari selama tidak belajar di sekolah.
Namun setelah beberapa minggu Wildan mengaku mulai jenuh belajar dari rumah.
Baca Juga: Agar Mapan Finansial, Tinggalkan 7 Kebiasaan Buruk Ini di Usia 30 tahun
Selain karena tugas yang begitu banyak, setiap hari ia juga mendapat cara mengajar yang berbeda dari kakak dan ayahnya di rumah.
"Cara mengajar kakak sama ayah beda dengan Bu guru, bikin bingung dan pusing. Kalau sama Bu guru kan diajarin walaupun sedikit-sedikit," keluh Wildan polos kepada Suara.com, beberapa waktu lalu.
Selanjutnya: Kangen Suasana Sekolah ...
Kangen Suasana Sekolah
Kondisi yang sama dialami pula oleh siswa kelas 9, Matheus Alvieri Restu Putra (15). Menurutnya saat belajar dari rumah, tugas setiap harinya selalu bertambah.
Siswa SMPN 272 Jakarta itu mengaku urusannya bisa repot jika tugas tidak dikerjakan.
"Baru sebentar ada tugas, baru sebentar ada tugas. Setiap hari ada tugas, jadi kalau kita ketinggalan dikit bisa numpuk itu tugasnya," ungkap Alvieri kepusingan.
Meski demikian, diakui selama belajar dari rumah mereka mengaku jadi semakin dekat dengan keluarga. Namun lagi-lagi setelah beberapa minggu para siswa mengaku merasa bosan juga lama kelamaan, karena cuma di rumah aja.
Mereka akhirnya merindukan suasana sekolah dengan segala warnanya. Inilah yang dirasakan Hasbi Maulana (18), siswa kelas 12 yang mengaku sudah bosan karena belajar dari rumah, karena suasana dan bertemu dengan orang yang itu-itu saja.
"Belajar di sekolah bisa bertemu teman-teman, bercanda, ketawa melihat kekonyolan teman-teman di sekolah dan masih banyak lagi yang ngangenin pengen ke sekolah<' ujar Hasbi, siswa SMK Nusantara 1 Comal, Pemalang Jawa Tengah.
Perasaan tak jauh beda diungkapkan pula oleh Raihan Zaki (18), yang mengaku belajar terus menerus di rumah membuatnya merindukan teman-teman sekolah.
"Belajar dari rumah memang enak, karena waktu belajarnya fleksibel, cuma nggak sukanya belajarnya sendiri, nggak bareng teman-teman. Apalagi kan sekarang nggak boleh kumpul kan buat belajar bareng," ujar Raihan, siswa kelas 12 SMA 5 Jakarta.
Bagi siswa kelas 12 SLTA seperti Raihan dan Hasbi, momen tahun terakhir di sekolah seperti saat ini merupakan waktu yang seharusnya mereka menjalani Ujian Nasional. Sayangnya UN dibatalkan, karena pandemi Corona Covid-19 yang belum mereda.
"Kehilangan momen khusus di masa sekolah. Apalagi libur atau berpisah sebelum waktunya. Apalagi kami awalnya berencana akan melaksanakan perpisahan yang cukup keren, dan akhirnya dibatalkan juga karena wabah corona," ungkap Hasbi sedih yang menimba ilmu di jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR).
Selanjutnya: Tantangan Orangtua dan Guru ...
Tantangan Guru dan Orangtua
Bukan hanya siswa yang belajarnya dirumahkan, tetapi juga pekerjaan kantor para orangtua juga beralih ke rumah.
Alhasil semuanya berkumpul di rumah. Nah, ini yang sulit dihadapi, karena para orangtua harus membimbing anak belajar di rumah, tapi di sisi lain harus juga menyelesaikan pekerjaan kantor. Repot kan?
Pendi (46) misalnya, selain bekerja dari rumah, ia juga harus membimbing dan membantu mengerjakan tugas sekolah putranya setiap hari.
Sebagai seorang wirausaha Pendi harus bisa menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan mendidik putranya. Ia sadar betul cukup sulit untuk menjadi guru bagi anaknya, apalagi bila pelajaran anaknya bukan bidangnya.
"Iya susah juga, apalagi pelajaran anak sekarang beda sama pelajaran dulu. Beda juga kan kondisi di rumah sama di sekolah. Apalagi ada sebagian kerjaan ya begitu nggak maksimal jadinya," cerita Pendi panjang lebar kepada Suara.com.
Hal senada juga diakui ibu rumah tangga, Ratna Purwanti (42) yang harus ekstra pintar membagi waktu antara pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, kerja sampingannya berjualan kue dan kini ditambah membimbing anaknya belajar dari rumah.
Selanjutnya: Belajar Tanpa Tatap Muka Kurang Efektif ...
"Ibunya kadang mempunyai tugas di rumah juga, jadi kendalanya terbenturlah antara tugas anak sama urusan rumah tangga," aku Ratna ibu dua anak yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
Jika suasana sudah tidak kondusif antara pekerjaan dan membimbing anak belajar, membuat pekerjaan orangtua jadi ekstra. Yang dikhawatirkan adalah stres yang dialami orangtua dan berimbas pada anak.
Psikolog sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi bahkan juga mengungkap banyak mendapat laporan anak-anak yang mengalami stres dan tertekan selama belajar dari rumah. Ini karena cara orangtua yang tidak mampu mendampingi putra-putrinya saat belajar.
"Beberapa ingin segera rindu kembali lagi ke sekolah. Bertemu dengan ibu guru atau bapak guru yang menjelaskan dengan lebih nyaman, lebih tenang, dan lebih kreatif," ungkap Kak Seto beberapa waktu lalu.
Kondisi itulah yang dialami pula oleh Pendi. Menurutnya awal-awal putranya yang masih SD sangat senang belajar dari rumah. Tapi seiring berjalannya waktu putranya mulai uring-uringan.
Menurutnya itu terjadi karena suasana rumah berbeda dengan sekolah.
"Paling kita hanya kasih pengertian, bahwa dengan keadaan seperti sekarang ini," ungkap Pendi.
Sedangkan menurut Ratna, anaknya yang juga masih SD harus ekstra dipaksa agar mau belajar dan fokus. Mengingat ia sangat mengenal karakter anaknya itu.
"Terus terang aja anak saya sepertinya itu males untuk belajar. Kalau orangtuanya nggak mendorong, anak itu nggak fokus sama pelajarannya," tegas Ratna.
Belajar Tanpa Tatap Muka Dinilai Kurang Efektif
Penerapan Belajar dari Rumah diakui para guru memang kurang efektif. Bagaimanapun komunikasi yang terbaik dalam pembelajaran adalah komunikasi langsung alias tatap muka.
Seorang guru SMA PGRI 3 Bandung Arinda Astrelita (25) misalnya, mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan internet seperti aplikasi class room, tetap berbeda dengan mengajar tatap muka. Ini dikarenakan guru tidak bisa mengontrol langsung para murid saat belajar.
"Pembelajaran secara daring dan televisi itu kurang efektif, karena kita tidak bisa memantau apakah si anak itu memang belajar atau tidak," ungkap Arinda yang menjadi guru selama 3 tahun.
Apalagi, kata guru yang mengajar Sejarah kelas 10 dan 11 SMA, selama di rumah sangat sulit melihat keaktifan siswa. Apalagi itu merupakan salah satu penilaian utama di tingkat SMA.
"Jadi kita kurang memantau apakah si anak memang belajar atau melihat dari internet," sambung Arinda.
Pengalaman senada juga dirasakan Nadia Permatasari (25) guru SD Islam Teratai Putih Global Bekasi. Menurutnya belajar dengan tatap muka sangat dibutuhkan untuk mengajar murid SD. Mengingat anak-anak SD sangat membutuhkan bimbingan khusus, karena cara belajar mereka yang berbeda-beda.
Meskipun kegiatan belajar bisa melalui internet, tentu tidak akan sebaik saat bertatap muka, "Bisa menggunakan aplikasi zoom atau webex itu sudah kita coba semuanya, tetapi masih dirasa kurang," jelas Nadia.
Selama menerapkan pembelajaran dari jauh, para guru yang ditemui Suara.com juga mengaku merindukan suasana sekolah yang kaya cerita.
"Sebagai guru tentu saja kangen dengan muridnya yang tingkah lakunya beragam, ada yang menyenangakan, ada juga yang menjengkelkan. Tapi justru itu yang bikin kangen," cerita Arinda.
Mereka berharap pandemi Corona Covid-19 yang tengah dihadapi bangsa Indonesia dan seluruh dunia dapat segera mereda, sehingga semua orang bisa beraktivitas seperti sediakala.