Sedangkan Sistem Among berarti suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan Kodrat Alam dan kemerdekaan. Sistem Among ini juga dikenal sebagai sistem “Tutwuri Handayani”.
Dalam buku itu juga dituliskan bahwa konseps Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang dilatarbelakangi jiwa kebangsaan sangat kuat, dinamis, prospektif dan berakar budaya bangsa Indonesia.
Pada bidang kebudayaan, Pahlawan Nasional dengan nama asli Soewardi Sorjaningrat itu mencetuskan konseps Pembinaan Kebudayaan Nasional yang dikenal dengan Trikon (kontinuitas, kosentrisitas, dan konvergensi).
Atas kontribusinya dalam bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara mendapat gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Kebudayaan dari Universitas Gajah Madha, Yogyakarta.
Baca Juga: Kabar Baik, Antibodi Llama atau Ilamas Berpotensi Obati Pasien Covid-19
Meski identik dengan seluk beluk dunia pendidikan, Ki Hadjar Dewantara lebih dulu aktif pada bidang politik dan jurnalistik.
Sepuluh tahun sebelum membuat sekolah Taman Siswa, Ki Hadjar lebih dulu mendirikan Nationaal Indische Partij atau Partai Hindia pada 1912 bersama Doewes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Partai tersebut dikenal sebagai partai pertama yang ada di Hindia Belanda pasa saat itu.
Berjuang di Jalur Pendidikan dan Jurnalistik
Namun, ia merasa perjuangan melalui bidang politik belum bisa menyentuh jiwa manusia yang paling mendasar. Menurut Ki Hajar Dewantara, jiwa merdeka tidak mungkin dapat masuk ke hati seseorang apabila hanya pidato-pidato politik.
Akhirnya Ki Hajar Dewantara memilih jalan pendidikan sebagai sarana perjuangan untuk menghasilkan manusia baru di Indonesia yang sadar akan rasa kebangsaan dan mempunyai jiwa merdeka.
Baca Juga: Hardiknas 2020: Kisah Guru Seni Rupa Mengajar dari Rumah Pakai Teknologi
Ki Hajar Dewantara juga pernah menjadi wartawan untuk beberapa media. Melalui sarana pers dan
politik, Ki Hajar Dewantara membuktikan kualitas dan jasanya sebagai perintis perjuangan Kemerdekaan Nasional.