Suara.com - Jika sebelumnya sempat dikabarkan bahwa persediaan stok kondom menipis selama lockdown akibat pandemi Corona Covid-19, salah satu produsen justru mengaku sebaliknya.
Seperti dilansir dari The Guardian, produsen kondom Durex mengeluhkan penjualannya yang turun karena lockdown di Inggris dan seluruh dunia.
Kepala eksekutif Reckitt Benckiser, perusahaan barang rumah tangga di Inggris, Laxman Narasimhan mengatakan, penjualan kondom turun karena orang tidak dapat berhubungan seks untuk menaati menjaga jarak fisik yang ketat dan juga aturan lockdown
Menurutnya, jumlah orang yang melakukan seks menurun drastis di Italia begitu juga di Inggris.Narasimhan menambahkan bahwa hubungan seks di kalangan anak-anak muda Inggris berkurang secara signifikan dibandingkan sebelum lockdown dimulai pada 23 Maret.
Baca Juga: Produk Skin Care Asal Korsel Ini Klaim Bisa Bikin Penggunanya Bahagia
Ia memperkirakan peningkatan rasa cemas juga menyebabkan banyak pasangan yang telah menjalin hubungan menjadi jarang berhubungan seks.
Pada hari pertama penetapan lockdown di Inggris, pemerintah mengatakan kepada pasangan keluarga baru bahwa mereka harus segera memutuskan, apakah akan melakukan karantina dalam satu rumah atau terpisah.
"Alternatifnya mungkin, untuk beberapa waktu ke depan, mereka harus menguji kekuatan hubungan mereka dan memutuskan apakah salah satunya harus tinggal di rumah lain," kata wakil kepala petugas medis Jenny Harries.
Reckitt Benckiser mengatakan, pihaknya memperkirakan permintaan kondom akan pulih ketika lockdown berakhir.
Narasimhan juga menambahkan bahwa di China, berkurangnya hubungan seks selama lockdown telah pulih kembali dan permintaan kondom kembali normal.
Baca Juga: Sejak Karantina, Orang-orang Lebih Mengeksplorasi Seks dengan Pasangan!
Namun di Malaysia, ada kekhawatiran akan kekurangan produksi kondom secara global karena aturan lockdown yang sangat ketat. Salah satu produsen karet dan sumber utama bahan kondom telah mempersulit pabrik kondom untuk beroperasi.
Karex, produsen kondom terbesar di dunia yang membuat satu dari lima kondom, telah memperingatkan kekurangan kondom secara global pasca menutupan tiga pabriknya.
Perusahaan itu mengatakan mereka berarap bisa memproduksi kondom 200 juta lebih sedikit dari biasanya saat pertengahan Maret hingga pertengahan April.
PBB sendiri telah memperingatkan bahwa kurangnya kondom dapat menyebabkan masalah kesehatan dan sosial yang menghancurkan di seluruh dunia.
"Kekurangan kondom, atau kontrasepsi apa pun, dapat menyebabkan peningkatan kehamilan yang tidak diinginkan, dengan konsekuensi kesehatan dan sosial yang berpotensi merusak bagi remaja perempuan, wanita dan pasangan serta keluarga mereka," kata seorang juru bicara PBB.