Suara.com - Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar terhadap berbagai sektor, terutama di bidang usaha kuliner. Tak sedikit yang harus menutup kedai atau restoran mereka seiring dengan aturan pemerintah yang mengharuskan masyarakat untuk beraktivitas di rumah.
Namun, ternyata hal tersebut tak selamanya menimbulkan kerugian. Menurut Co-Founder foodizz.id, Stefanie Kurniadi, selalu ada peluang untuk para pebisnis meningkatkan penjualan mereka di masa pandemi ini.
Dengan catatan, mereka siap untuk berubah sesuai kondisi dan terus mencari ide atau solusi terhadap bisnis mereka, agar tidak berhenti begitu saja dan menimbukkan kerugian yang besar.
"Sebenarnya belum tentu masa krisis ini memberi dampak negatif untuk semua bisnis. Unit bisnis online, reseller misalnya, justru ada kenaikan. Tapi unit bisnis yang offline, salesnya turun," jelansya dalam Live Facebook di akun Wanita Wirausaha Femina pada Selasa (29/4/2020).
Baca Juga: Pamer Tengkleng Baphomet, Penampakan Kuliner Ini Bikin Merinding Netizen
Agar bisnis kuliner tak 'mati' begitu saja, Stefanie mengatakan para pengusaha haruslah siap untuk beradaptasi dengan kondisi yang disebut "new normal" ini.
Misalnya dengan membuat produk yang memenuhi kebutuhan online, kebutuhan orang yang saat ini lebih sering berada di rumah hingga kebutuhan dengan produk kesehatan yang kian meningkat.
"Jadi sebenarnya opportunity itu ada. Kalau yang (terkena dampak) negatif, saya melihatnya itu lebih kaya ke persiapannya untuk menghadapi covid ini," ujar pendiri usaha kuliner Warunk Upnormal dan Bakso Boedjangan ini.
Untuk lebih siap menghadapi perubahan yang terjadi di tengah pandemi ini, Stefanie pun memberi tips bagi para pengusaha kuliner agar bisa bertahan. Berikut penjelasannya.
1. Menjaga stabilitas internal di masa pandemi
Baca Juga: Dijuluki Bumi Kartini, Ini 5 Kuliner Khas kota Jepara
Buatlah internal campaign yang bisa bermanfaat bagi seluruh tim. "Ini macam-macam, ada yang hanya sekedar motivasi, misalnya setiap jam 8 kita temu muka lewat Zoom, karena itu akan membawa dampak yang signifikan. Kan ada orang-orang yang tetap butuh support. Energinya pasti akan sampai ya kalau misalnya kita tetap ada kebersamaan," jelasnya.
Internal campaign lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan mencari pendapatan lebih. Misalnya dengan membuat frozen food yang dijual oleh tim internal atau reseller. Kenapa frozen food? Karena saat ini lebih banyak orang di rumah dan mereka suka memasak. Sehingga makanan yang tinggal olah dan masak mudah lebih dicari.
2. Lakukan pivot produk
Pivot adalah sebuah aktivitas pengembangan bisnis dengan mengubah model bisnis itu sendiri, namun tetap berpijak pada visi bisnis itu sendiri.
"Karena yang namanya bisnis kita harus menjawab kebutuhan pasar. Misalnya kaya Warunk Upnormal ya, positioningnya aja udah tempat nongkrong, dan sekarang itu kan ngga boleh nongkrong. Jadi taktik yang kita ambil harus pivot produk," jelasnya lagi.
Misalnya dengan membuat drive thru menggunakan booth, sehingga konsumen tidak perlu turun dan masuk ketika ingin membeli makanan
Bisa juga dengan menyiapkan paket-paket mudah, di mana orang yang naik mobil bisa langsung membeli. Kemudian, menjual produk yang siap untuk dimasak atau diolah di rumah.
"Jadi di masa pandemi, peluangnya tadi, jangan sampai kita stuck. Mau nggak mau harus ada perubahan atau misalnya penggantian packaging. Jadi dari sisi pivot produknya tetap sama, tapi konteksnya packagingnya itu yang kita ubah. Seperti kopi satu liter yang lagi ngetren karena orang nggak bisa ngopi di luar lagi," kata dia lagi.
3. Stay update
Selalu lakukan perbaikan setiap hari. Sering-seringlah berdiskusi dengan tim, apa permasalahan yang tengah dihadapi, mencari solusi bersama agar bisa melakukan penjualan yang lebih banyak lagi.
Atau kamu juga bisa mengikuti berbagai sesi, seminar online, memperhatikan sosial media untuk membaca kebutuhan pasar dan lainnya.
"Pantengin terus, itu kunci banget sih. Karena kalau kita nggak ada ide lebih gawat lagi. Jadi ini penting untuk kita, tahu apa yang akan kita eksekusi," tutup dia.