Suara.com - Ada banyak tantangan yang harus dijalani seseorang sebelum mampu meraih kesuksesan. Hal itu tak terkecuali bagi Penny Streeter, wanita 52 tahun yang dulunya pernah jadi gelandangan sebelum sukses.
Penny, yang kini punya rumah di Cape Town dan West Sussex, dulunya mengalami hidup sulit. Merangkum laman The Sun, Penny berhenti sekolah di umur 15 tahun dan langsung bekerja di perusahaan rekrutmen.
Penny juga menikah muda, yaitu pada umur 19 tahun. Setelah melahirkan anak pertama, Penny pun membangun bisnis rekrutmen miliknya sendiri bersama sang ibu dan rekan kerjanya.
Bisnis tersebut berjalan lancar selama 2 bulan lamanya. Namun, pada Agustus 1989, bisnis mereka bangkrut dan keluarga Penny berutang 20.000 poundsterling atau sekitar Rp380 juta pada rentenir.
Baca Juga: Tato di Tubuhnya Ternyata Bikin Suami Jijik, Wanita Ini Takut Diceraikan
Tidak sampai di sana, pernikahan pertama Penny juga berujung pada perceraian. Padahal, saat itu Penny sudah punya dua anak dan sedang hamil anak ketiga.
"Aku duduk di flat kumuh di Croydon, berpikir bagaimana hal-hal menjadi seperti ini. Aku hamil 9 bulan, dan hidup di akomodasi pemerintah setelah pernikahanku berakhir."
Tak punya rumah, Penny pun harus bertahan hidup dengan ketiga anaknya. Dirinya juga hanya punya dua kursi yang merupakan pemberian sang ibu.
"Ibu membantuku dengan uang untuk makan dan meminjamkan beberapa furnitur, meski dia juga tidak punya apa-apa karena bisnis kami bangkrut."
Saat itu, Penny mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya. Dirinya juga merasa bersalah karena tidak bisa memberikan baju atau mainan bagus untuk ketiga anaknya.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Kamu Cenderung Sukses atau Gagal?
"Aku merasa gagal, tapi aku mencoba untuk berpikir positif demi anak-anakku," tambah Penny.
Setelah dua tahun hidup tak menentu, Penny akhirnya mendapat kesempatan untuk berbisnis lagi di tahun 1995. Kala itu, salah seorang teman menawari Penny untuk memakai ruang kosong di kantor suaminya.
Penny pun kembali membuka bisnis rekrutmen meski tanpa modal. Setiap hari, dirinya akan menelepon orang-orang sembari mengasuh anak.
Beberapa orang pun menganggapnya nekat karena berani berbisnis lagi. Namun, Penny dan ibunya tetap bertekad untuk membangun hidup mereka kembali.
"Kami bekerja keras dan itu sukses," kisah Penny.
Tak lama setelah itu, Penny pun bertemu Nick yang lantas menjadi suami barunya.
Penny dan ketiga anaknya lalu pindah ke flat baru, sementara di tahun 1996 bisnisnya telah bernilai 1 juta poundsterling.
Bisnis rekrutmen baru yang berada di bidang kesehatan itu terus berkembang. Pada Maret 1999, Penny bisa membeli rumah sendiri. Sementara di tahun 2002, perusahaannya menjadi salah satu yang berkembang pesat di Inggris.
Kini, bisnis Penny sendiri memiliki nilai 208 juta poundsterling atau sekitar Rp 4 triliun. Penny dan keluarganya juga punya kebun anggur di Afrika Selatan dan pabrik wine di Inggris.
Tak hanya itu, Penny pun bangga karena perusahaannya telah menyalurkan 27.000 tenaga medis. Terlebih di tengah wabah Covid-19, hal itu membuatnya senang karena bisa membantu.
"Saranku untuk pebisnis wanita lainnya adalah ikuti hatimu."
"Aku dulu gelandangan, tapi aku berhasil sejauh ini. Kalau kau punya niat, tidak ada alasan bagimu untuk tidak sukses," tambah Penny.