Tak jarang pula ia terimbas macet jalanan Jakarta, meski saat ini Jakarta tengah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Yang membuatnya sedih, terkadang ada banyak kendaraan yang tak mau minggir untuk memberinya lewat.
Satu kendala lagi yang dihadapi oleh Ika adalah kesulitan mengendalikan mobil ambulans yang berbodi besar dan tidak dilengkapi power steering.
Dalam 12 jam kerja sejak pertama kali dinas, sudah hampir lima pasien yang diantarnya. Terkadang membutuhkan waktu seharian dengan jarak yang panjang dan jauh dan melelahkan.
SOP mengatakan bahwa satu kali pasien satu kali dekontaminasi, yang berarti setelah Ika dan partnernya selesai mengantar satu pasien, baik mobil maupun yang naik ambulans harus disterilkan.
Baca Juga: Terinfeksi Virus Corona, Perawat Kentucky: Badan Sakit Seperti Patah Tulang
"Kalau dalam sehari ada dua pasien rujukan, berarti dua kali kita mandi juga, habis itu sampai rumah masih mandi lagi. Pulang-pulang sakit kepala kebanyakan keramas, hahaha.." kelakarnya.
Di dalam timnya, hanya ia satu-satunya perempuan yang bisa menyetir. Ada rasa senang dirasakan oleh Ika, karena menambah pengalaman bagaimana rasanya bekerja di pekerjaan yang umumnya banyak lelaki ini.
Tak jarang Ika mendapatkan ekspresi kaget dan perkataan aneh tentang keputusannya menjadi relawan. Hal tersebut sempat membuat Ika sedih dan minder.
"Orang kan mesti kaget, eh ternyata supirnya perempuan. 'Ih, kamu lho, perempuan. Kok mau sih nyetir ambulans' Ya ampun, kok kayak gini sih, niatku kan ingin melayani," jelas Ika.
Pandemi kelar, ingin peluk mama
Baca Juga: Viral, Perawat Shelly Ziendia Putri dari AGD Diberi Penghormatan Terakhir
Ibu bagi Ika adalah support system terbesarnya. Dukungannya sangat kuat, membuat ia semakin semangat bekerja.