Suara.com - Di Pakistan, Lempar Telur Rebus Jadi Bagian dari Tradisi Ramadan yang Meriah
Bersiap-siap menjelang Ramadan, umat Muslim di Pakistan punya tradisi Ramadan tersendiri yang cukup unik yaitu permainan lempar telur rebus.
Tradisi ini dipercaya sudah ada berabad-abad lalu dan dilakukan oleh warga Muslim di Pakistan untuk menyambut bulan Ramadan. Hingga kini, permainan ini masih dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Pakistan dan juga Afghanistan.
Cara bermainnya adalah para lelaki memegang telur rebus dan mengetukkannya ke telur rebus pemain lainnya untuk saling menghancurkan. Aturannya satu, mereka harus tetap menjaga telur miliknya sendiri tidak rusak.
Baca Juga: Tak Hafal Surat saat Tarawih, Ini Tata Cara Salat Memegang Al Quran
Selain tradisi adu lempar telur rebus, banyak masjid di Pakistan juga memberikan makanan secara gratis baik saat berbuka maupun saat sahur.
Sebelum era ponsel, para penabuh drum saat Ramadan akan melewati jalanan untuk membangunkan sahur. Praktik ini sekarang hanya ada di pedesaan, di mana hal-hal tradisional masih dihormati.
Saat sahur, makanan ringan dikonsumsi dahulu sebelum memulai ke makanan utama yang disebut sehri. Sehri biasanya berisi makanan-makanan kaya nutrisi dan mengenyangkan untuk membuat mereka yang berpuasa tetap berenergi.
Makanan tradisional juga dimakan saat berbuka, disebut nihari. Nihari adalah semur yang dimasak lambat, biasanya terbuat dari daging domba, disiram dengan jahe, lemon, dan ghee, yang dihidangkan bersama dengan Khameeri roti, yakni roti pipih dengan potongan seledri dan biji wijen.
Nihari merupakan makanan tradisional yang diturunkan di keluarga tua. Mereka memiliki nama yang berbeda-beda yang mereka semua klaim sebagai yang asli.
Baca Juga: Ramai Ortu Ajarkan Buang Air Pada Anak Selama Karantina di Rumah Aja
Warga Pakistan biasa berbuka puasa dengan kurma, sesuai anjuran Nabi Muhammad SAW. Jalanan di Pakistan biasanya sangat ramai di saat berbuka puasa dan cenderung melakukannya bersama-sama.
Untuk makanan di malam hari bisa berbeda-beda di setiap tempat. Banyak tempat memulai dengan gorengan seperti pakora, samosa, dan gorengan lainnya.
Dan juga kari, daging dibakar dengan nasi biryani, salad buah dan yogurt, lalu ditutup dengan minuman yogurt manis atau gurih bernama lassi.
Di siang hari, sangat sedikit warga yang terlihat makan, karena ternyata ilegal untuk makan atau menjual makanan selama bulan Ramadan di Pakistan. Mereka bisa didenda 500 rupee atau setara dengan Rp 100 ribu jika ketahuan.