Suara.com - Tabuh Lodra di Albania, Tradisi Sambut Datangnya Bulan Suci Ramadan
Selama berabad-abad, para anggota dari komunitas Gipsi atau Roma Muslim mengumumkan waktu sahur dan berbuka puasa di bulan Ramadan menggunakan lagu-lagu tradisional.
Setiap hari selama bulan Ramadan, mereka akan berbaris di jalanan dan menabuh lodra, sebuah drum berbentuk silinder yang menggunakan kulit domba di kedua sisinya.
Penabuh drum akan memukul tiap sisi dengan tongkat yang berbeda, sehingga memunculkan nada yang berbeda pula.
Baca Juga: Koleksi Raya 2020, Inspirasi Fesyen Menyambut Ramadan dan Idul Fitri
Satu sisi lodra digebuk dengan stik berbentuk palu kayu, sebagai pemukul utama. Sedang sisi lainnya menggunakan ranting kayu merah, yang banyak tumbuh di pegunungan.
Beberapa keluarga Muslim akan memberikan mereka makanan atau uang sebagai penghargaan atas layanan mereka. Mereka juga terkadang diundang masuk untuk berbuka puasa atau dalam bahasa Albania disebut Syfyr.
Makanan yang dimakan saat sahur dan berbuka di ALbania berbeda di tiap rumah, dan jenisnya ada sangat banyak. Mustahil bisa menghidangkan semuanya dalam satu waktu.
Ada kemiripan antara makanan Albania dan Turki, namun Albania lebih memiliki makanan unik yang dibuat dari bahan-bahan dasar dan diolah secara imajinatif.
Anda bisa memilih mulai dari Byrek, kue pai tipis yang bisa dimakan panas maupun dingin, berisikan daging, bayam, atau dadih.
Baca Juga: Jelang Ramadan, Ini Kata Pakar tentang Berpuasa selama Pandemi Covid-19
Kemudian ada Pastiçe, yakni pasta dengan saus keju, susu, telur, dan mentega. Petulla, adonan manis atau gurih yang digoreng dengan isian selai, saus krim, atau keju. Atau Imam Bayudin, hidangan terong dengan bawang putih.
Para penabuh lodra datang lagi nanti saat mengumumkan waktunya berbuka puasa. Waktu berbuka menjadi tradisi yang kuat bagi masyarakat Albania, sehingga kadang ditawarkan oleh beberapa warga Kristiani kepada warga Muslim yang berpuasa dan dijadikan pertemuan sosial.
Hampir selama setengah abad saat Albania berada dalam pemerintahan rezim komunis, semua praktik keagamanan nyaris menghilang akibat diawasi.
Akan tetapi bagi mereka yang memiliki dasar agama kuat, mereka tetap menjalankan perintah Tuhan tersebut. Tak ada yang tahu jika Anda puasa atau tidak, dan sebagian besar orang yang berpuasa memilih berbohong dan mengaku sudah makan atau tidak enak badan saat ditawarkan makanan di bulan Ramadan.