Suara.com - Maladewa dikenal sebagai destinasi liburan yang sangat disukai lantaran pantai dan lautnya yang bak surga. Namun tak disangka, tradisi sambut Ramadan di Maladewa sangat antusias dan cukup kuno. Tradisi Ramadan ini dalam bahasa Dhihevi disebut Roadha Mas.
Satu lagi tradisi paling unik dan kuno di Maladewa adalah pembacaan Raivaru, puisi kuno terkait Ramadan.
Ini adalah bentuk tradisi Maladewa kuno yang dilakukan oleh warga lokal. Puisi ini terdiri dari tiga atau lebih baris dengan pola ritme puisi yang berbeda.
Saat Ramadan, beberapa hal agak berbeda dengan keseharian yang terjadi di Maladewa. Sejumlah makanan spesial dimasak, atau membeli perabotan rumah tangga baru yang disiapkan di bulan Ramadan.
Baca Juga: Unik, 4 Tradisi Sambut Ramadan Ini Cuma Ada di Yogyakarta
Di Maladewa juga akan ditemukan beberapa acara yang diadakan khusus di bulan Ramadan, tawaran-tawaran spesial, produk elektronik, dan banyak tawaran lainnya ditemukan di sekitar daerah Malé dan Atolls.
Seluruh kantor di Maladewa menerapkan waktu bekerja yang lebih pendek selama Ramadan. Kafe dan restoran di dalam hotel dan resor biasanya dibuka untuk para turis dan mereka yang tidak berpuasa selama bulan suci Ramadan.
Namun restoran yang berada di luar akan tutup di siang hari dan buka pada waktu menjelang berbuka puasa.
Banyak makanan lokal disuguhkan ketika berbuka puasa, seperti kulhi boakibaa (kue ikan), foniboakiba (kue tepung), dan gulha (bola-bola ikan).
Warga lokal Maladewa biasanya berbuka dengan tiga buah kurma dan segelas jus semangka. Akan ada banyak hedhikaa atau makanan kecil juga, seperti fathu mashuni (campuran kol, tuna, dan kelapa) yang dicampur dengan rihakuru bondi (bola-bola ikan tuna), roti pipih, nasi, dan kadang dua kari berbeda terbuat dari tuna atau sayuran.
Baca Juga: Mirip Halloween, Ini Tradisi Sambut Ramadan di Negara Arab
Ada juga kulhi mas, ikan pedas yang jadi tokoh utama di meja. Jus-jus segar untuk menghidrasi tubuh kembali seperti jus mangga, nanas, dan air kelapa muda terhidang juga. Faloodha adalah minuman yang cukup terkenal, terbuat dari sirup mawar, kental manis, air, dan biji basil.
Usai salat Tarawih, mereka akan kembali berkumpul untuk berbagi makan dan minum. Biasanya menghidangkan Sooji (semolina dan almond tropis) dan makanan pencuci mulut seperti Pirini (puding beras).
Pada saat sahur, biasanya warga lokal mengonsumsi kari dengan roshi atau nasi yang dilengkapi dengan bubur bernama baihpen dan banyak air minum
Ibukota Malé akan menjadi lebih sibuk di bulan Ramadan, terutama di siang hari di pasar-pasar. Seperti pasar ikan dan pasar lokal biasanya akan sangat ramai dan penuh sesak.
Buah-buahan dan sayuran lokal akan ada sangat banyak di bulan Ramadan. Pasar dan toko lokal akan kebanjiran dengan salad segar, pepaya, pisang, dan semangka.
Banyak orang akan terlihat ramai berbelanja dari siang hari dan terkadang hingga mendekati matahari tenggelam.