Suara.com - Sidang isbat untuk menentukan 1 Ramadan 1441 Hijriyah, atau hari pertama berpuasa, akan digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Kamis (23/4/2020) sore nanti.
Sebanyak 82 titik rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit tersebar di 43 provinsi. Setelah kegiatan rukyatul hilal dilakukan, maka sidang isbat akan dijalankan oleh Kemenag dan pemuka agama untuk menentukan hari pertama berpuasa. Tahun ini, karena pandemi virus corona atau Covid-19 sidang sidang akan dilaksanakan melalui teleconference.
Terlepas dari itu, ternyata rukyatul hilal bukan jadi satu-satunya cara menetapkan awal bulan Ramadan. Mengutip buku karya Muh. Hadi Bashori yang berjudul 'Penanggalan Islam' yang diterbitkan Elex Media Komputindo pada 2013, menyebutkan setidaknya ada 5 cara penentuan awal bulan dalam kalender Islam. Apa saja?
1. Mengamati bulan sabit
Baca Juga: Awal 1 Ramadan 1441 H Dimulai 24 April 2020, China Larang Ibadah di Masjid
Dikenal juga dengan istilah rukyatul hilal. Aktivitas pengamatan atau observasi terhadap visibilitas hilal yaitu bulan sabit di kaki langit yang tampak pertama kali, setelah terjadinya ijtima pada waktu ghurub atau matahari terbenam menjelang pergantian bulan.
Aktivitas ini biasanya dilakukan dengan mata telanjang, ataupun dengan bantuan alat optik untuk menetapkan jatuhnya awal bulan baru dalam penanggalan hijriyah. Ini juga yang dilakukan pihak pemerintah dan organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU).
Apabila hilal berhasil dilihat, maka pada magrib tersebut sudah masuk pada bulan berikutnya, alias umat Islam sudah bisa menjalankan ibadah salat tarawih pada malam itu. Akan tetapi apabila hilal tidak berhasil dilihat atau karena terhalang, maka wajib menggenapkan bilangan bulan menjadi 30 hari, yang artinya puasa dimulai lusa.
2. Melihat pasang surut air laut
Ini jadi salah satu pendapat unik dan menarik dalam penentuan awal bulan qamariyah, termasuk awal bulan Ramadan, yaitu dengan melihat fenomena pasang surut air laut.
Baca Juga: 1 Ramadan Tanggal Berapa?
Pasang surut air laut adalah gejala fisik berupa naik turunnya permukaan laut yang berulang dalam periode tertentu. Fenomena ini terjadi karena adanya gaya tarik benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.