Menengok Tradisi Tembak Meriam Saat Ramadan di Lebanon

Selasa, 21 April 2020 | 08:30 WIB
Menengok Tradisi Tembak Meriam Saat Ramadan di Lebanon
Ilustrasi meriam. [Portalsatu/@ariesaksono.wordpress.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menengok Tradisi Tembak Meriam Saat Ramadan di Lebanon

Tiap negara memiliki tradisi masing-masing yang sesuai kebudayaan dan sejarah mereka dalam menyambut Ramadan. Lebanon, salah satunya, memiliki cara unik untuk menyambut Ramadan yaitu menembakkan meriam!

Tembakan meriam ini tentu bukan untuk berperang, tujuannya adalah untuk mengumumkan waktu berbuka puasa.

Tradisi ini disebut midfa al iftar dan disebutkan telah dimulai di Mesir sejak 200 tahun lalu.

Baca Juga: Ikuti Jakarta, Kota Bogor Terapkan PSBB Corona Pekan Depan

Dr Mohamad Ouedi, profesor Sejarah Arab Modern di Institute of Diplomatic Studies di Arab Saudi mengatakan tembakaran meriam digunakan karena saat itu tidak ada jam yang dipakai dan ditaruh di rumah, serta teknologi modern seperti pengeras suara.

Dikutip dari Al-Arabiya, mereka yang bertanggungjawab menembakkan meriam akan menunggu panggilan dari Mekkah, lalu baru menembakkannya dari tempat yang tinggi atau dari atas bukit, tambahnya.

"Waktu itu belum banyak penduduk, sehingga suaranya bisa menggema dan sampai pada mereka melalui pegunungan. Suara dari meriam akan mencapai seluruh kota (di Mekkah)," kata Ouedi.

Tembakan meriam ini bahkan masih digunakan di Mekkah sampai sekarang untuk memberikan sinyal saatnya berbuka puasa, hanya untuk menghormati tradisi.

Tradisi ini dikatakan dimulai saat negara Mesir sedang di bawah perintah pemimpin Ottoman, Khosh Qadam. Saat sedang mencoba meriam baru ketika matahari terbenam, Qadam tak sengaja menembakkannya.

Baca Juga: Jenazah Glenn Fredly Berangkat Menuju TPU Tanah Kusir

Sehingga suaranya terdengar ke seluruh penjuru kota Kairo, membuat banyak penduduk mengira ini cara baru untuk memberi tahu bahwa inilah saatnya berbuka. Banyak yang berterima kasih atas inovasi Qadam, dan sang anak perempuannya, Haja Fatma, mendesaknya untuk menjadikan hal ini sebuah tradisi.

Praktik ini jadi tersebar di beberapa negara termasuk Lebanon, di mana para Ottoman akhirnya menggunakan tradisi ini untuk memberitahukan masuk waktu iftar kepada para penduduk.

Tradisi ini sempat ditakutkan akan menghilang di tahun 1983 setelah adanya penyerangan yang mengakibatkan beberapa meriam diambil paksa dan dianggap sebagai senjata.

Akan tetapi akhirnya tentara Lebanon berhasil mengembalikan fungsinya dan masih berlanjut hingga kini, memunculkan nostalgia pada generasi tua yang dapat mengingat masa-masa Ramadan saat mereka kecil dulu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI