Ayah Kartini menikah lagi dengan istri keduanya dikarenakan istri yang pertama tidak memiliki darah keturunan bangsawan.
Sementara, Kartini sendiri dijodohkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang saat itu sudah memiliki tiga istri.
3. Gemar membaca aneka buku
Meski terpaksa dipingit pada usia 12 tahun, Kartini terkenal pandai berbahasa Belanda. Dirinya pun banyak membaca aneka buku dan surat kabar.
Baca Juga: Sikat! Promo dan Diskon 5 Makanan Ini Turut Meriahkan Hari Kartini 2020
Beberapa bacaan Kartini saat itu adalah surat kabar Semarang De Locomotief, majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan, dan majalah wanita Belanda berjudul De Hollandsche Lelie.
Kartini juga sudah membaca buku Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli. Tak hanya itu, Kartini juga membaca sejumlah buku roman-feminis.
4. 'Habis Gelap Terbitlah Terang' bukan sebuah buku
Bicara soal Kartini, karyanya yang berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang' pasti sudah akrab di telinga. Padahal, karya tersebut aslinya bukan sebuah buku.
Alih-alih, salah satu teman Kartini yang bernama J.H. Abendanon mengompilasi surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini ke Eropa. Kompilasi ini lantas diberi nama 'Door Duisternit tot Licht atau yang berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Baca Juga: Festival Kartini di Hotel Ini Ajarkan Perempuan Membatik
Barulah di tahun 1938, buku kompilasi surat ini dirilis di Indonesia oleh sastrawan Armijn Pane dan judulnya berubah lagi.