10 Jenis Puasa Sunah Bagi Umat Muslim, Ada Puasa Untuk yang Masih Sendiri

Senin, 20 April 2020 | 07:55 WIB
10 Jenis Puasa Sunah Bagi Umat Muslim, Ada Puasa Untuk yang Masih Sendiri
Ilustrasi puasa Ramadan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kurang dari seminggu lagi umat Muslim di seluruh dunia akan segera menjalankan puasa wajib Ramadan. Selain puasa wajib, umat Muslim juga meyakini adanya puasa sunnah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pelaksanaan puasa Sunnah tidak diwajibkan, akan tetapi sangat dianjurkan. Beberapa puasa sunnah bisa dilakukan pada waktu apa pun, ada pula yang hanya bisa silakukan di bulan tertentu seperti laiknya puasa Ramadan.

Merangkum dari laman Go Muslim, berikut 10 macam puasa Sunnah yang di anjurkan untuk dilakukan oleh Muslim;

1. Puasa Asyura (10 Muharram)
Puasa ini dilakukan setiap tanggal 10 Muharram. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat akhir umurnya menyampaikan untuk melaksanakan puasa sejak 9 Muharram. Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.

Baca Juga: Prilly Latuconsina Cari Pacar yang Nilai Dirinya Bukan Sebagai Artis

2. Puasa Tasu’a
Puasa pada 9 Muharram ini disebut sebagai puasa Tasu'a untuk mengiringi puasa yang akan dilakukan keesokan harinya, pada 10 Muharram. Hal ini dilakukan karena pada 10 Muharram orang-orang Yahudi juga melakukan puasa.

Jadi, melaksanakan puasa pada tanggal 9 Muharram bertujuan untuk mengiringi puasa keesokan harinya yang akan membedakan dengan puasa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa saat Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam sedang melaksanakan puasa Asyura, beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukan puasa pada hari itu juga.

Pada saat itu ada beberapa sahabat berkata:

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu, hari yang digunakan dan diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Lalu Rasulullah menjawab “Jika datang tahun depan, InsyaAllah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram)”.”Ibnu Abbas melanjutkan, “Namun belum sampai menjumpai Muharram tahun depan, Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam sudah wafat.” (HR. Muslim 19160)

Baca Juga: Waspada! Ada Malware Berkedok Informasi COVID-19 di Komputer

3. Puasa Senin dan Kamis
Mungkin ini puasa yang paling lazim dilalukan masyarakat. Puasa sunnah yang dilakukan setiap Senin dan Kamis ini sifatnya sunnah dan keduanya merupakan hari di mana amal hamba diangkat dan diperlihatkan kepada Allah SWT.

4. Puasa Daud
Puasa Daud dikerjakan dengan sehari berpuasa dan sehari berikutnya tidak, begitu seterusnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Salat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

5. Puasa 6 Hari pada Bulan Syawal
Puasa Syawal dilakukan ketika bulan Syawal dan dikerjakan selama enam hari. Puasa ini merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Adapun pelaksanaannya dapat dilakukan kapanpun selama itu masih memasuki bulan Syawal. Puasa syawal memiliki keutamaan yang telah disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam yang artinya:

“Siapa saja yang berpuasa Ramadhan. Kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal, maka itulah puasa satu tahun.” (HR. Muslim no. 1164)

6. Puasa Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Pada sepuluh hari pertama pada Dzulhijjah, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan seperti berdzikir, istigfar, berdoa, bersedekah, serta yang paling ditekankan adalah melakukan puasa.

Keutamaan bulan Dzulhijjah di sepuluh hari pertama diyakini sama seperti berpuasa selama setahun penuh serta seperti mengerjakan salat setiap malam yang sebanding dengan sholat pada malam Lailatul Qodar.

7. Puasa di Bulan Sya’ban
Puasa sya’ban merupakan puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam dan dilaksanakan pada bulan Sya'ban.

Dari Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu Anhu beliau berkata :

“Adalah Rasulullah SAW berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

8. Puasa Arafah
Puasa Arafah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Namun puasa ini dilarang untuk orang yang sedang berhaji.

Abu Qotadah Al Anshoriy berkata:

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162).

9. Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyah
Puasa ini lebih dikenal sebagai puasa ayyamul bidh. Pelaksanaanya adalah 3 hari setiap pertengahan bulan, yaitu tanggal 13, 14, 15. Keutamaan puasa sunnah ini disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasa’I, dan At-Tirmidzi, Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam bersabda:

“Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (bulan hijriah).”

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu pernah berkata:

“Kekasihku yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati yaitu berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan salat duha, dan mengerjakan sholat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)

10. Puasa bagi yang Belum Menikah
Puasa Sunnah ini dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap orang yang belum menikah sebagai pengingat diri. Puasa ini bisa dilakukan kapan saja kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.

Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah segera menikah, karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu maka hendaklah saum karena saum akan menjadi perisai baginya.” ( HR. Bukhari dan Muslim)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI