Suara.com - Hidup mapan dan modern tak lekas menjadi jaminan seseorang untuk bahagia. Salah satu contohnya adalah Audun Amundsen, insinyur dari Norwegia yang memutuskan untuk tinggal di pedalaman Indonesia.
Audun Amundsen pertama kali berkunjung ke Pulau Siberut, Indonesia pada tahun 2004 silam. Saat itu, umurnya masih 24 tahun.
Melansir laman The Sun, pria yang kini berusia 40 tahun ini awalnya tinggal di apartemen di Kota Trondheim. Dia memiliki pekerjaan dengan gaji mencukupi dan bisa hidup nyaman.
Namun, Amundsen malah memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan pergi traveling. Amundsen sempat pergi ke India dan Nepal, sebelum tiba di Sumatra Barat dan memutuskan untuk berpetualang sejauh mungkin dari kehidupannya yang lama.
Baca Juga: Nenek 90 Tahun Mendaki Gunung Galang Dana Penanganan Virus Corona
"Aku mendengar ada suku pedalaman yang tinggal di hutan di Pulau Siberut dan aku berpikir itu sangat menarik. Aku ingin melihatnya," ujar Amundsen.
Perjalanan Amundsen awalnya tentu tidak mudah. Namun, terlepas dari keterbatasan bahasa, Amundsen dengan cepat berteman dengan suku Mentawai yang ada di Pulau Siberut.
Salah satu anggota suku tersebut, Aman Paksa, setuju menerima Amundsen. Sekadar informasi, suku Mentawai adalah salah satu suku tertua di Indonesia dan memiliki populasi sampai 64.000 orang.
"Dia menyukaiku dan kami membuat kesepakatan bahwa aku boleh tinggal selama beberapa minggu," ungkap Amundsen.
Selama beberapa minggu itulah, Amundsen hidup dengan cara tradisional. Dirinya membantu berburu monyet, kelelawar, dan udang, hingga merangkai peralatan seperti kano, anak panah, dan keranjang.
Baca Juga: Sebut Kebal Corona, Penulis Asing Soroti 'Kekuatan Misterius' Bali
Amundsen berakhir tinggal selama sebulan di Pulau Siberut sebelum pulang. Namun, di tahun 2009, dirinya kembali dengan peralatan yang lebih lengkap beserta kamera.
Pengalaman Amundsen itu sendiri lantas dirilis dalam bentuk film dokumenter berjudul Newtopia.
Di sana pula, Amundsen menunjukkan gaya hidupnya yang baru, termasuk momen-momen ketika Amundsen sempat mengalami infeksi hingga matanya berubah merah.
Meski begitu, pria Norwegia ini juga mendapat pelajaran soal bagaimana gaya hidup suku pedalaman mulai berpengaruh dalam kehidupan modern.
Salah satunya adalah dalam hal penggunaan plastik, yang kini mulai dikurangi dan digantikan bahan-bahan lain yang lebih ramah lingkungan.
Di sisi lain, Amundsen jjuga berhasil membangun panel tenaga surya sekaligus memperkenalkan listrik pada Aman Paksa.
"Aku berpikir bahwa pada akhirnya kita akan menemukan keseimbangan antara alam dan teknologi modern," ungkap Amundsen mengenai petualangannya.
"Sayangnya, aku curiga jika banyak spesies dan ekosistem yang akan hilang sebelum kita mencapai keseimbangan."
Film dokumenter Amundsen sendiri kini sedang dalam proses distribusi yang lebih luas. Rencananya, semua pendapatan dari film tersebut akan diberikan ke suku Mentawai.