Suara.com - Alasan Kenapa Kasus KDRT Cenderung Meningkat Saat Pandemi Covid-19
Dalam situasi darurat, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) cenderung semakin meningkat. Itu juga yang terjadi saat pandemi virus corona Covid-19 seperti sekarang.
Kata konseling trauma Nur Hidayati Handayani, ini terjadi karena dalam situasi darurat, otak memiliki stres respon di bagian amigdala.
"Ketika situasi darurat itu muncul, stres respon kita yang biasa terjadi apakah melawan atau lari. Kita kan gak bisa lari karena harus di rumah. Jadi stres respon yang terjadi kita harus melawan," jelas Nur Hidayati Handayani dalam media briefing koalisi Pekad melalui video online, Selasa (14/4/2020).
Baca Juga: Tidur di Puskesmas, Bidan Desa Hamil 3 Bulan Dicabuli Siswa SMA Bertopeng
Ketika stres respon naik, secara biologis jantung akan berdebar. Selain itu, lanjut Handayani, paparan tentang Covid-19 yang diterima terus-menerus menyebabkan orang mengalami stres sehingga banyak memproduksi hormon stres.
"Buat yang berkeluarga, banyak konseling tapi gak integrasikan kecakapan hidup, termasuk regulasi stres. Gimana saat dia punya respon stres, bagaimana membuat dirinya lebih kalem, atau bagaimana dia mengekspresikan emosi dengan sehat, bagaimana mengatur emosi sangat intensif dan negatif," paparnya.
Selain itu, tuntutan agar tetap berada di rumah juga membuat pertemuan semakin intens. Padahal, menurut Handayani, dalam hubungan yang sehat dibutuhkan waktu masing-masing untuk sendiri.
"Tapi dalam masa karantina, mau-mau gak mau ketemu terus. Ditambah gak punya kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif, bagaimana menyampaikan kebutuhan, menyampaikan emosi yang sehat. Sehingga yang keluar justru perilaku kasar," paparnya.
Ia menambahkan, KDRT itu sebenarnya bukan hanya bisa terjadi dalam hubungan suami istri. Tapi bisa dialami oleh anak yang dilakukan orangtuanya. Juga pasangan yang belum menikah.
Baca Juga: Trending di Twitter, Perempuan Ini Dianggap Bagikan Tips Keliru Soal Corona