Perlukah Memakai Tabir Surya Saat Berjemur? Ini Kata Dokter

Selasa, 14 April 2020 | 07:00 WIB
Perlukah Memakai Tabir Surya Saat Berjemur? Ini Kata Dokter
Dua orang bocah berjemur di balkon rumahnya di permukiman padat di kawasan Pejompongan, Jakarta, Selasa (7/4). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perlukah Memakai Tabir Surya Saat Berjemur? Ini Kata Dokter

Berjemur menjadi salah satu hobi baru masyarakat Indonesia karena dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh lewat pembentukan vitamin D yang diberikan sinar matahari.

Daya tahan tubuh yang baik sangat penting dalam mencegah penularan virus corona penyebab sakit Covid-19.

Hanya saja, ada dua masalah klasik berjemur bagi masyarakat Indonesia. Pertama, ada yang hanya ingin manfaatnya tapi enggan menjadi hitam akibat sinar matahari.

Baca Juga: Pria-Wanita Tewas Bugil di Sajadah, Sampel Organ Tubuhnya Diteliti di Lab

Kedua, ada yang ingin manfaatnya dan enggan menjadi hitam lalu memilih menggunakan tabir surya sebelum berjemur. Lalu perlukah memakai tabir surya saat berjemur? Dan apakah kita akan mendapat manfaat yang sama?

Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Umi Rinasari, MARS, SpKK, FINSDV dari RSPI Bintaro Jaya, semua orang sebaiknya memakai tabir surya, baik laki-laki maupun perempuan dengan warna kulit apapun saat berjemur.

Hal ini dilakukan guna menghindari kulit dari efek negatif sinar ultraviolet matahari yakni flek hitam, keriput, dan kutil-kutil di wajah dan leher serta risiko kanker kulit.

Penggunaan tabir surya saat berjemur juga bergantung berapa lama berjemur, pukul berapa kita berjemur, dan tujuan berjemurnya.

Sebelumnya, kenali dulu dua jenis sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan oleh matahari yaitu sinar UVB dan UVA.

Baca Juga: Waspada, Kehamilan Trimester Pertama Paling Rentan Kena Virus Corona

Sinar UVB adalah sinar yang membantu pembentukan vitamin D yang memiliki panjang gelombang medium. UVB memiliki intensitas tertinggi pada pukul 10.00 hingga pukul 14.00.

"Tapi bukan berarti di jam-jam sebelumnya tidak ada. Ada, tapi intensitasnya lebih rendah," kata dr Umi dalam Live IG bersama dr Danar Wicaksono, dokter residen di FKKMK UGM seperti dilihat Suara.com, Minggu (12/4/2020).

Sementara UVA adalah sinar UV yang memiliki gelombag terpanjang, sehingga sejak matahari muncul sinarnya sudah sampai dulu ke kulit kita dan intensitasnya memang sudah besar.

Maka dari itu, semakin tinggi matahari, semakin tinggi pula intensitas masing-masing sinar UV. Sehingga, jika target kita berjemur adalah UVB di pukul 11.00 dengan harapan intensitas tertinggi, jangan lupakan UVA juga mengalami peningkatan intensitas dan di sinilah peran tabir surya diperlukan.

"Berjemur lebih aman di waktu yang UVB tidak terlalu tinggi tapi cukup dan UVA juga tidak terlalu tinggi. Berjemurnya juga sesuai yang direkomendasikan adalah 10-15 menit," jelas dr Umi.

Apabila berjemur di pukul 09.00 pagi saat intensitas kedua sinar UV sama-sama tidak terlalu tinggi, menurut dr Umi tidak masalah jika tidak menggunakan tabir surya.

Namun ia tetap menyarankan memakainya saja karena berdasarkan penelitian, sebanyak 25-50 persen orang tidak menggunakan tabir surya secara optimal. Dan ia juga meyakinkan bahwa menggunakan tabir surya saat berjemur tidak menutupi proses pembentukan vitamin D.

"Kalau kurang, jangan khawatir. Kita juga bisa menambahnya dari suplemen," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI