Suara.com - Situasi pandemi virus corona atau Covid-19 membuat tenaga medis mesti bekerja lebih keras dalam menangani pasien.
Hal itu sempat dialami oleh Anggriani, perempuan asal Medan yang berprofesi sebagai perawat.
Lewat siaran pers yang diterima Suara.com, Anggi menceritakan pengalamannya saat berhadapan dengan pasien COVID-19 yang terjadi tak lama setelah kasus pertama di Jakarta dikonfirmasi.
“Awalnya ada dokter rumah sakit kami yang memiliki keluhan kurang enak badan. Kami memberikan perawatan seperti biasa. Lima hari kemudian, pak dokter dijemput ambulans karena keluhan sesak napas," ujar Anggi dalam siaran persnya Jumat (3/4/2020).
Baca Juga: Pendeta Gereja Bethel Bandung Tularkan Virus Corona ke 226 Jemaat
Setelah ditelusuri, ternyata dokter tersebut baru saja melakukan perjalanan ke beberapa negara. Berhubung saat itu Angga dan teman-teman perawat belum memiliki alat pendeteksi, hasil tes harus dikirimkan ke Jakarta yang hasilnya keluar sekitar 3-5 hari.
"Entah gejala psikosomatis, aku jadi demam dan batuk," ujar dia.
Berpikir dipicu gejala psikosomatis, gejala yang muncul saat stres sehingga memengaruhi kondisi fisik, Anggi mengaku kondisi tubuhnya kian memburuk.
Demi berjaga-jaga dan mengamankan kondisi yang lainnya terutama pasien, Anggi diliburkan agar dapat beristirahat di rumah karena gejala batuk dan demam selama 14 hari.
Saat tahap pemulihan diri, Anggi mendapat kabar bahwa sang dokter meninggal dunia, beberapa jam sebelum hasil tes keluar yang menyatakan sang dokter positif COVID-19.
Baca Juga: Akhirnya, Aurel Hermansyah Akui Kalau Cinta Atta Halilintar
“Mendengar kabar duka tentang pak dokter, aku dan rekan lainnya terkejut. Kami semua sedih dan menangis bersama. Semenjak itu, karena aku yang tinggal sendiri, aku lebih berhati-hati saat merawat diriku sendiri di masa karantina," kata Anggi.
Setelah itu ia banyak mencari referensi dan melakukan segala anjuran untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain untuk kesembuhannya, ia berpikir jika kondisinya semakin cepat membaik, maka ia bisa semakin cepat membantu para pasien.
Ditengah aktivitasnya, ia kemudian menemukan Likee, sebuah platform pembuatan video pendek. Aplikasi itu berhasil membuatnya menjadi influencer yang menghasilkan.
Menjadi influencer tentu tidak melupakan passion-nya untuk melayani masyarakat luas. Seakan tidak pernah kehabisan ide, Anggi menjadi sosok pejuang masa kini dengan banyak membuat video Likee yang menyuarakan pesan kebaikan tentang kesehatan.
Inisiatif tersebut dimulai sejak penyebaran Corona Covid-19 di Indonesia. Anggi membagikan berbagai tips seperti bagaimana virus menyebar dan tips pencegahannya.
Tidak hanya tentang Corona Covid-19, Anggi juga berbagi tips kesehatan lain untuk mencegah gigi tidak berlubang, menjaga daya tahan tubuh, dan tips bermanfaat lainnya.
“Banyak hal baru yang aku dapatkan setelah aku aktif di Likee. Selain aku bisa menghilangkan stres, aku banyak ketemu teman baru dan akrab dengan influencer lainnya. Nggak pernah nyangka bisa dekat sama orang-orang yang biasanya cuma bisa aku amati dari jauh aja, dan bahkan ketemu orang yang mengenaliku sebagai influencer," kata dia.
"Aku juga bersyukur karena Likee menyadarkanku kalau ternyata aku bisa ya memberikan manfaat buat banyak orang. Nggak semata-mata bikin video heboh untuk senang-senang tapi aku bisa juga share video mendidik tentang ilmu kesehatan."