Suara.com - Disfungsi ereksi atau impotensi bukan hanya masalah di ranjang.
Dilansir Suara.com dari CNN, masalah disfungsi ereksi juga berarti seorang lelaki memiliki risiko terkena penyakit jantung dan ancaman kematian dini.
Menurut tim peneliti dari Belgia, disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan lelaki mempertahankan atau memunculkan ereksi untuk berhubungan seks.
Disfungsi ereksi lebih banyak terjadi pada laki-laki usia lanjut dan umumnya dikaitkan dengan kadar testosteron yang rendah.
Baca Juga: Ilmuwan Unair Temukan 5 Senyawa Obat Corona, Lebih Ampuh dari Chloroquine
Testosteron sendiri merupkan hormon kunci dalam perkembangan jaringan reproduksi laki-laki dan untuk membangun otot, massa tulang, dan rambut tubuh.
"Kadar testoteron yang rendah sudah cukup sering dikaitkan dengan risiko kematian dini pada lelaki usia lanjut dibandingkan mereka yang memiliki kadar testosteron normal. Akan tetapi hasil dari riset-riset sebelumnya tidak konsisten," kata Dr Leen Antonio dari KU Leuven-University Hospitals di Belgia.
Dr Antonio adalah ketua peneliti studi baru yang mengkaji hubungan antara kadar hormon dan fungsi seksual pada laki-laki. Ia dan timnya menemukan bahwa sebenarnya kadar testosteron tidak selalu menjadi peringatan besar ketimbang mengidap disfungsi ereksi.
"Baik penyakit jantung dan kadar testosteron rendah dapat memengaruhi fungsi ereksi, gejala seksual bisa menjadi tanda awal dari peningkatan risiko kardiovaskular dan mortalitas," lanjutnya.
Studi ini mengkaji data dari hampir 2.000 laki-laki berusia antara 40-79 tahun yang berpartisipasi dalam European Male Ageing Study, studi berskala besar yang menginvestigasi perubahan hormonal terkait usia dan penyelesaian masalah kesehatan pada laki-laki lanjut usia antara tahun 2003-2005.
Baca Juga: Kelak Usai Corona, RS Darurat di Pulau Galang Bakal Jadi Tempat Riset
Tanda-tanda seksual peserta termasuk disfungsi ereksi, ereksi di pagi hari, dan libido, diukur melalui kuesioner dan diukur melalui spektrometer massa hormon.