Suara.com - Masih ingatkah jalan-jalan terakhirmu di Nusantara? Kemana kamu melangkah? Bali, Yogyakarta, Labuan Bajo, Papua, Ambon, Aceh, atau kemana? Indah pastinya. Itulah Indonesia!
Rasanya sudah lama, ya. Sekarang kondisinya berbeda. Jangankan jalan-jalan menjelajah Nusantara, sekadar berjumpa teman atau kerabat saja kini rasanya menjadi sesuatu yang mewah.
Dan kini saatnya kita mengenang kembali, bagian Indonesia mana saja yang sudah pernah kita singgahi dan pernah kita datangi? Apa saja oleh-oleh yang pernah kita beli untuk teman dan untuk orang-orang tersayang? Apa saja suvenir yang masih terpajang di rumah, menghias dinding kamar, atau dipajang di atas meja kerja?
Apakah semua itu masih ada? Apakah kenangan itu masih lekat?
Baca Juga: Bosan di Rumah Aja? Yuk, Jalan-Jalan Virtual ke Empat Museum Ini
Sahabat, yakinlah kita akan kembali ke sana, menyusuri kenangan bersama orang-orang terdekat, teman, sahabat, dan saudara. Tapi sekarang, saatnya kita traveling bersama hati, mempertajam solidaritas dan mengasah kepekaan kemanusiaan.
Sahabat, di sudut Nusantara sana, masih ada kenangan kita, masih ada jejak kaki kita, masih tertinggal separuh hati di tempat yang kita datangi, entah di Kuta, di Mangunan Negri di Atas Awan, di Mandalika, di Labuan Bajo nan memesona, di Lodge Maribaya, atau di Tomohon.
Masih terasa lezatnya kuliner nusantara, gudeg, mi ongklok, ikan Mak Beng, ayam Betutu, ikan di seputaran Pantai Losari, dan bebek Sanjay di Madura. Masih terbayang kita menyesal saat itu tidak beli kain-kain batik indah di Trusmi, songket di Padang, kerajinan perak Kotagede, atau sekedar gantungan kunci bertuliskan Laskar Pelangi.
Masih adakah mereka disana? Masih adakah para penjaja makanan dan para penjual oleh-oleh yang berteriak menawarkan jualannya ke para wisatawan? Masih bertahankah para pengrajin cendera mata itu?
Gusti mboten sare. Tuhan tidak tidur. Rezeki tidak pernah salah. Rezeki tidak pernah tertukar. Tuhan Yang Maha Baik mengirimkan banyak ‘malaikatnya’. Tuhan mengirimkan kita!
Baca Juga: COVID-19 Guncang Pariwisata, PBB: Tetap di Rumah Agar Bisa Traveling Esok
Saatnya kita ‘membayar utang’ pada kenyamanan yang diberikan perjalanan. Kepada para pembuat makanan enak, kepada para pembuat cendera mata, kepada para pengrajin yang menghias dinding rumah kita.