Kisah Heroik Perawat Pasien Corona: Beratnya Pakai APD dan Tak Bisa Pulang

Jum'at, 27 Maret 2020 | 08:06 WIB
Kisah Heroik Perawat Pasien Corona: Beratnya Pakai APD dan Tak Bisa Pulang
Nurul Hidayati, perawat di RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau bersama rekan sejawatnya saat bertugas menangani pasien Corona Covid-19. (Foto: Dok. Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tenaga kesehatan menjadi garda terdepan dalam menangani virus corona atau Covid-19 di seluruh penjuru dunia.

Mereka bekerja tanpa lelah, bahkan yang menyedihkan, beberapa di antaranya yang berjuang kini telah gugur.

Perasaan was-was dan takut itu pula yang dialami oleh Nurul Hidayati, seorang perawat di RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau saat menangani pasien terinfeksi virus Corona Covid-19 yang membuatnya masuk ke ruang isolasi khusus pada 1 Maret 2020.

"Manusiawilah, kalau dibilang takut, deg-degan, tapi ini tugas saya sebagai perawat. Bismillah, saya tidak apa-apa ikut andil di sini, ya jalanin saja," kata perawat asal Tanjungpinang ini saat berbincang dengan Suara.com, belum lama ini.

Baca Juga: Dua yang Menjadi Satu: Asal-muasal Virus Corona Pemicu Covid-19

Kurang lebih delapan tahun sudah Nurul, sapaannya, mengabdi sebagai tenaga medis di tanah air. Tiga tahun di antaranya ia habiskan di RSUD Raja Ahmad Thabib.

Sejak ada pasien terduga terinfeksi (suspect) virus Corona, RSUD Raja Ahmad Thabib membentuk tim khusus, dan Nurul salah satunya anggotanya.

Nurul mengatakan hingga Minggu (22/3/2020), di Tanjungpinang tercatat satu orang positif dan beberapa pasien dalam pengawasan dirawat di RS tersebut.

Sejauh ini,  menurut Nurul, pasien tersebut dalam kondisi baik.

RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau, tempat Nurul Hidayati bertugas sebagai perawat. (Foto: Dok. Pribadi)
RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau, tempat Nurul Hidayati bertugas sebagai perawat. (Foto: Dok. Pribadi)

Di Karantina di Rumah Sakit
Setelah masuknya pasien positif terinfeksi virus corona, Nurul mengaku sudah seminggu tidak bisa pulang ke rumah karena dikarantina di rumah sakit.

Baca Juga: Dokumen Bocor, Pasien Pertama Corona Covid-19 di Wuhan Ibu Penjual Udang?

Tujuannya agar tidak menyebarkan virus Corona lebih luas. Meski sedang libur jaga sekalipun, para perawat yang menjadi tim khusus penanganan Covid-19 juga akan istirahat di rumah sakit.

"Karena kami ini perawat, kami yang 24 jam berhadapan dengan pasien yang positif terinfeksi corona pasti ada tempat untuk menyebarkan virusnya lagi walau kami sudah pakai APD kan," jelas perempuan berusia 29 tahun ini melalui sambungan telepon.

Ia menyebut penyebaran virus mungkin sekali meski mereka selalu mandi usai menemui pasien atau menggunakan APD. Ditakutkan apabila mereka pulang ke rumah mereka bisa menyebarkan virus tersebut di rumah dan sekitarnya.

"Lebih baik kami di sini aja, kami nggak pulang, nggak apa-apa," lanjutnya lagi.

Beberapa keluarga perawat mungkin ada yang terkejut dengan hal tersebut, namun orang tua Nurul mendukung penuh, supaya ia bisa berjuang untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, China itu.

Di rumah sakit, mereka disediakan fasilitas untuk beristirahat, dan sangat diperhatikan asupannya. Kesehatan para tenaga medis, kata Nurul, juga menjadi fokus utama rumah sakit supaya mereka tidak rentan tertular.

Nurul sendiri bercerita awalnya ia cukup malas minum vitamin, namun sejak menjadi perawat khusus penanganan Covid-19, vitamin jadi hal yang wajib baginya.

"Ketika saya ditugaskan di sini saya harus menyayangi diri sendiri. Tidur juga saya suka begadang, kadang mungkin karena kerjaan dinas malam," katanya.

Namun kini Nurul mengupayakan untuk bisa tidur di bawah jam 10 malam. Pihak rumah sakit juga memperhatikan gizi yang diasup untuk memperkuat daya tahan tubuh.

Nurul menuturkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, ia dan tim mengonsumsi enam butir telur sehari (dua saat sarapan, dua saat makan siang, dan dua butir saat makan malam) serta minum susu.

"Makanan minuman kita disediain semuanya di rumah sakit ini. Bersyukur banget, sempat mikir kalau kerja begini nanti gimana makannya, ternyata sudah disediain," ujar Nurul.

Tak hanya karantina di rumah sakit serta pola makan dan istirahat yang dijaga ketat, Nurul juga menceritakan seperti apa beratnya saat mengenakan APD dan kelelahan yang kerap dialaminya. Seperti apa? Simak kisah selengkapnya di halaman berikutnya.

Beratnya Pakai APD dan Kelelahan
Selama bekerja menjadi garda depan Covid-19, sehari Nurul bekerja dalam tiga kali pergantian shift tiap 8-10 jam.

Meski tak ubah seperti merawat pasien biasa, perbedaannya adalah rasa lelah dan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang cukup ketat.

"Lelah itu pasti dirasakan," tutur anak sulung dari dua bersaudara ini.

Khususnya saat memakai APD, Nurul mengaku menggunakannya selama lima menit saja membuatnya gerah bukan main hingga bajunya basah karena keringat.

Ia pernah mengenakannya selama tiga jam dan merasa pusing setelahnya.

"Tapi baju APD-nya ringan sih kayak plastik, cuma berat di atributnya aja. Jadi ruang gerak kita itu terbatas, nggak bebas gitu," ungkapnya.

Nurul juga menceritakan pernah sekali kelelahan hingga merasa kepalanya pusing berat karena memakai APD terlalu lama, sampai harus duduk atau jongkok terlebih dahulu untuk meredakannya.

Suasana RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau, tempat Nurul Hidayati bertugas sebagai perawat. (Foto: Dok. Pribadi)
RSUD Raja Ahmad Thabib,di Provinsi Kepulauan Riau, para tenaga medis mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) agar tidak tertular virus Corona Covid-19. (Foto: Dok. Pribadi)

Sekali mengenakan APD, Nurul juga menyebut tidak bisa ke mana-mana lagi selain ke ruang pasien dan baru bisa dibuka ketika sudah berada di tempat yang steril atau yang bertekanan negatif.

Mengingat banyak sekali kisah dan foto-foto tenaga kesehatan yang sampai kelelahan berjuang melawan Corona Covid-19, Nurul mengaku sangat sedih.

Jadi perawat tentu butuh perjuangan besar dalam kondisi seperti saat ini.

Perawat Juga Butuh Motivasi
Ditugaskan menjadi garda terdepan penanganan virus corona Covid-19, Nurul mengaku perasaannya campur aduk. Oleh karena itu ia memohon doa dan motivasi dari masyarakat Indonesia khususnya pada seluruh tenaga medis yang sedang berjuang saat ini.

"Semoga wabah ini cepat berakhir, cepat menghilang, tidak lama seperti di Wuhan. Semoga kita di Indonesia tidak selama itu," kata Nurul.

Ia juga mengingatkan kepada teman-teman sejawatnya yang juga berada di garda depan agar terus semangat dan tidak lupa untuk menjaga kesehatan.

Nurul menyesalkan masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mematuhi instruksi pemerintah untuk berada di rumah dan membatasi aktivitas di luar rumah. Penerapan social distancing tak banyak dilakukan, imbauan di rumah justru dipakai untuk liburan, tuturnya.

"Berharap masyarakat Indonesia bisa mematuhi. Biarkanlah kami yang di rumah sakit yang bekerja, yang di rumah, ya di rumah," Nurul menegaskan.

Dengan patuh menerapkan pembatasan interaksi sosial (social distancing) dan kuatnya kerjasama serta saling mendukung antara masyarakat, tenaga kesehatan dan pemerintah, diharapkan dapat menekan kasus virus Corona.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI