Kisah Heroik Perawat Pasien Corona: Beratnya Pakai APD dan Tak Bisa Pulang

Jum'at, 27 Maret 2020 | 08:06 WIB
Kisah Heroik Perawat Pasien Corona: Beratnya Pakai APD dan Tak Bisa Pulang
Nurul Hidayati, perawat di RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau bersama rekan sejawatnya saat bertugas menangani pasien Corona Covid-19. (Foto: Dok. Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Beratnya Pakai APD dan Kelelahan
Selama bekerja menjadi garda depan Covid-19, sehari Nurul bekerja dalam tiga kali pergantian shift tiap 8-10 jam.

Meski tak ubah seperti merawat pasien biasa, perbedaannya adalah rasa lelah dan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang cukup ketat.

"Lelah itu pasti dirasakan," tutur anak sulung dari dua bersaudara ini.

Khususnya saat memakai APD, Nurul mengaku menggunakannya selama lima menit saja membuatnya gerah bukan main hingga bajunya basah karena keringat.

Baca Juga: Dua yang Menjadi Satu: Asal-muasal Virus Corona Pemicu Covid-19

Ia pernah mengenakannya selama tiga jam dan merasa pusing setelahnya.

"Tapi baju APD-nya ringan sih kayak plastik, cuma berat di atributnya aja. Jadi ruang gerak kita itu terbatas, nggak bebas gitu," ungkapnya.

Nurul juga menceritakan pernah sekali kelelahan hingga merasa kepalanya pusing berat karena memakai APD terlalu lama, sampai harus duduk atau jongkok terlebih dahulu untuk meredakannya.

Suasana RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau, tempat Nurul Hidayati bertugas sebagai perawat. (Foto: Dok. Pribadi)
RSUD Raja Ahmad Thabib,di Provinsi Kepulauan Riau, para tenaga medis mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) agar tidak tertular virus Corona Covid-19. (Foto: Dok. Pribadi)

Sekali mengenakan APD, Nurul juga menyebut tidak bisa ke mana-mana lagi selain ke ruang pasien dan baru bisa dibuka ketika sudah berada di tempat yang steril atau yang bertekanan negatif.

Mengingat banyak sekali kisah dan foto-foto tenaga kesehatan yang sampai kelelahan berjuang melawan Corona Covid-19, Nurul mengaku sangat sedih.

Baca Juga: Dokumen Bocor, Pasien Pertama Corona Covid-19 di Wuhan Ibu Penjual Udang?

Jadi perawat tentu butuh perjuangan besar dalam kondisi seperti saat ini.

Perawat Juga Butuh Motivasi
Ditugaskan menjadi garda terdepan penanganan virus corona Covid-19, Nurul mengaku perasaannya campur aduk. Oleh karena itu ia memohon doa dan motivasi dari masyarakat Indonesia khususnya pada seluruh tenaga medis yang sedang berjuang saat ini.

"Semoga wabah ini cepat berakhir, cepat menghilang, tidak lama seperti di Wuhan. Semoga kita di Indonesia tidak selama itu," kata Nurul.

Ia juga mengingatkan kepada teman-teman sejawatnya yang juga berada di garda depan agar terus semangat dan tidak lupa untuk menjaga kesehatan.

Nurul menyesalkan masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mematuhi instruksi pemerintah untuk berada di rumah dan membatasi aktivitas di luar rumah. Penerapan social distancing tak banyak dilakukan, imbauan di rumah justru dipakai untuk liburan, tuturnya.

"Berharap masyarakat Indonesia bisa mematuhi. Biarkanlah kami yang di rumah sakit yang bekerja, yang di rumah, ya di rumah," Nurul menegaskan.

Dengan patuh menerapkan pembatasan interaksi sosial (social distancing) dan kuatnya kerjasama serta saling mendukung antara masyarakat, tenaga kesehatan dan pemerintah, diharapkan dapat menekan kasus virus Corona.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI