Suara.com - Siapa sangka, ternyata praktik social distancing dengan tidak melakukan kontak fisik dekat demi terhindar penularan penyakit telah menjadi tradisi turun-temurun Orang Rimba yang disebut juga Suku Anak Dalam di pedalaman Jambi?
Ya, jaga jarak dalam konteks ini, diatur dalam hubungan sosial sehari-hari yang mereka sebut besesanding (diisolasi), besesandingon, dan disesandingko.
Dipaparkan Willy Marlupi, seorang pemerhati Orang Rimba Jambi, jarak sosial secara turun-menurun terbukti mampu menjadi langkah awal bagi individu maupun kelompok Orang Rimba dalam mengantisipasi penularan dan penyebaran penyakit.
Lalu, apakah Orang Rimba juga melakukan isolasi terhadap keluarga mereka yang sedang sakit? Willy menulis, jawabannya adalah ya.
Baca Juga: Positif Kena Corona, Dua Komisioner Ombudsman RI Karantina Mandiri di Rumah
"Bagi anggota keluarga yang sedang sakit mereka biasanya terpisah secara tempat dan memperlakukan diri secara khusus. Maksudnya, Sikap keluarga atau kelompok dalam konteks ini seperti sudah panggilan dan kesadaran ditengah hubungan sosial komunitas," tulis Willy lewat surat elektronik yang dikirim kepada Suara.com, Rabu (25/3/2020).
Misalnya, Orang Rimba yang sedang flu atau batuk, secara sadar tidak akan menyambangi anggota keluarga atau kelompoknya yang masih sehat.
Mereka yang sakit biasanya dengan sadar tidak akan menggunakan jalan atau fasilitas umum yang dilalui yang digunakan oleh keluarga dan kelompoknya, untuk kemudian menggunakan jalan yang lain.
"Selain sudah membuat tempat tinggalnya sendiri terpisah, mereka biasanya kembali bergabung jika si sakit sudah betul-betul merasa sehat," tambah Willy.
Pertanyaan selanjutnya, apakah sikap besesanding, besesandingon dan disesandingko, hanya berlaku di internal mereka? Jawabannya adalah tidak.
Baca Juga: Bandung Hujan Es, Dipatikur dan Dago Paling Terasa
Sikap dan perlakuan ini berlaku untuk semua, internal dan ekternal, ke sesama mereka dan masyarakat luar.