Menenun Tradisi Sulawesi Utara Lewat Kain Pinawetengan

Jum'at, 13 Maret 2020 | 06:45 WIB
Menenun Tradisi Sulawesi Utara Lewat Kain Pinawetengan
Rumah Kain Pinawetengan memiliki rancangan ready-to-wear ini didesain khusus oleh Denny Malik. (Suara.com/Denny Malik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Jadi ini konsepnya Kawan, ini perkawanan kita. Khususnya saya dengan Pinawetengan dari tahun 2010. Jadi 10 tahun pertemanan, saya sebagai koreografer tentunya di setiap acara Pinawetengan," kata Denny.

Selain peresmian, akan diselenggarakan pula fashion show dari busana rancangan Denny Malik. Yang spesial adalah mereka yang memeragakan bukan peragawati namun penari-penari Denny Malik selama tiga dekade, dari tahun 80-an, 90-an, dan 2000 serta beberapa kawan Denny seperti Memes.

Rumah Kain Pinawetengan memiliki rancangan ready-to-wear ini didesain khusus oleh Denny Malik. (Suara.com/Denny Malik)
Rumah Kain Pinawetengan memiliki rancangan ready-to-wear ini didesain khusus oleh Denny Malik. (Suara.com/Denny Malik)

Di rumah kain Pinawetengan, Humble House, pengunjung juga dapat menikmati beragam kain tenun hasil karya para pengrajin di Wale Tenun Pa'Dior (nama Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara).

Beragam pula aneka tenun ikat yang dibuat dengan tangan yang memakan waktu pengerjaan hingga dua bulan (tergantung kesulitan) untuk satu lembar kainnya. Selembar kain memiliki panjang sekitar 2,5 meter hingga empat meter.

Baca Juga: Unik, Masker Kain Batik di Banyumas untuk Cegah Virus Corona

Selain itu terdapat pula aneka tenun songket dengan warna-warna lebih mencolok dengan corak-corak khas Minahasa. Setiap lembar berukuran sekitar 2,25 - 2,50 meter.

Harga rata-rata kain tenun ikat adalah Rp 1 juta per meter, sedangkan tenun songket berharga Rp 3,5 juta per lembar. Untuk kain print dihargai antara Rp 90 ribu hingga Rp 150 ribu per meter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI