Suara.com - Kasus pelecehan di ruang publik kini telah menjadi perhatian dan sorotan berbagai pihak. Terbentuknya gerakan global Hollaback Jakarta membantu memberikan 'ruang aman' bagi para korban sekaligus mengedukasi masyarakat soal pelecehan dan kekerasan seksual.
Gerakan Hollaback tersebar di 27 kota di seluruh dunia, dan di Asia Tenggara sendiri baru ada di Jakarta.
Hollaback Jakarta merupakan gerakan global yang berpusat di New York sejak tahun 2004. Di Jakarta, gerakan Hollaback baru diinisiasi tahun 2016 oleh Anindya Restuviani bersama seorang temannya dari Amerika Serikat.
Vivi, sapaannya, menyebutkan bahwa munculnya gerakan ini didasari rasa resah akan tidak adanya ruang aman bagi teman-teman yang mengalami pelecehan seksual.
Baca Juga: Soal Kasus Kekerasan Seksual Anak SMA, Komnas Perempuan: Sudah Didampingi
"Karena saya ini juga perempuan yang sering mengalami pelecehan di ruang publik. Setidaknya kita pasti pernah disiul-siulin di jalan dan pasti itu bikin kita merasa tidak nyaman," kata Vivi kepada Suara.com, ditulis Kamis (12/3/2020).
Sehingga, Vivi merasa perempuan sangat butuh suatu tempat di mana bisa mencurahkan perasaan atau kemarahan soal pelecehan seksual, sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa ini adalah kekerasan seksual, tanpa adanya penghakiman orang lain.
'Ruang aman' di Hollaback Jakarta bisa diakses melalui website atau aplikasi ponsel, di mana teman-teman bisa menceritakan pengalamannya dan juga mencari bantuan. Kemudian kita juga bisa memberikan lokasi kejadian tersebut.
"Kita kalau masuk website-nya Hollaback, pasti yang pertama kali dilihat itu tata kota Jakarta dengan banyak sekali titik-titik. Nah, setiap titik itu merepresentasikan cerita, pengalaman, teman-teman saat mereka mendapatkan pelecehan seksual di ruang publik. Dan itu banyak banget," kata Vivi.
Sejak dibentuk tahun 2016, Vivi menyebut telah menerima 600 cerita, yang berarti ada 600 titik pelecehan seksual di Jakarta sendiri.
Baca Juga: Anda Jadi Budak Cinta? Awas Berisiko Jadi Korban Kekerasan Seksual!
Selain website, ada juga media sosial dan juga pelatihan-pelatihan sebagai sarana untuk edukasi masyarakat untuk sama-sama menciptakan ruang aman tersebut. Hollaback memiliki metode 5D sebagai intervensi saksi, yakni Direct, Distract, Delay, Delegate, dan Document.
Metode ini telah dikontekslokalkan oleh Gojek menjadi BANTU, sebagai kerjasama dengan Hollaback sejak tahun 2019. Pada tahun yang sama, Hollaback juga mengisi pelatihan antikekerasan di ruang publik pada karyawan MRT Jakarta.
Edukasi ini bertujuan agar masyarakat bisa mengidentifikasi kekerasan dan pelecehan seksual, lalu menunjukkan mana mitos dan fakta, dan intervensi saksi, apa yang bisa dilakukan masyarakat jika melihat pelecehan seksual terjadi.
"Kemarin kita bikin survei yang respondennya 62 ribu dari seluruh Indonesia. Kita melakukan survei itu tahun 2018, dan baru pertama kali Indonesia memiliki survei tentang kekerasan seksual yang khusus di ruang publik. Bisa diakses di change.org/surveilawanpelecehan," kata Vivi.
Vivi berharap gerakan ini bisa diinisiasi di kota lain di Indonesia. Namun sesuai tagline-nya, 'Powered by local activist', gerakan ini hanya bisa dimulai dengan aktivitas lokal yang lebih mengerti kebutuhan dan kejadian di daerahnya.
"Siapapun, teman-teman di daerah manapun, jika kalian ingin ikut bergabung menjadi penggerak gerakan global Hollaback ini, tinggal kasih tahu kita aja, nanti bisa kita bantu situsnya, dan lain-lain," tandas Vivi.
Bagi yang ingin berbagi pengalaman seputar pelecehan seksual bisa mengunduh aplikasi Hollaback di Play Store atau akses ke situs Hollaback di jakarta.ihollaback.org. Jika kamu ingin mengikuti serangkaian pelatihan dan edukasi yang digagas Hollaback, kamu bisa mampir ke Instagram mereka di @hollaback_jkt.