Meskipun terjadi penurunan penjualan daging kelelawar di pasar ekstrem tersebut, menurutnya adalah hal yang biasa terjadi pada periode Januari sampai Maret. Tingkat penjualan tertinggi biasanya terjadi menjelang hari raya Paskah, Natal dan Tahun Baru.
Pedagang lainnya, Moses (53), menjelaskan cara pengolahan daging kelelawar maupun ular yang di masak berkali-kali membuat makanan daging kelelawar maupun ular bebas penyakit. Hal itu sudah dilakukan oleh orang tua mereka sejak lama, dan hingga kini belum pernah ada dalam keluarga mereka yang jatuh sakit karena makanan itu.
"Cara masak, kita kan tiga kali bakar ini baru terakhir kita bikin dengan santan, tiga kali masak. Masak lama-lama bisa sampai empat jam yang terakhir. Begitu lagi ular, sama," ungkap Moses yang sudah berjualan di pasar ekstrem itu dalam 25 tahun terakhir.
Jemy seorang tukang bangunan yang hari itu datang membeli satu kilo daging kelelawar di pasar ekstrem, mengatakan sejauh ini belum ada kasus corona di wilayah itu sehingga ia tidak khawatir untuk tetap mengkonsumsi daging kelelawar. Daging kelelawar yang dibeli dalam kondisi sudah dipanggang itu menurutnya akan direbus kembali agar dagingnya yang keras menjadi empuk. Setelah direbus baru kemudian dimasak dengan campuran bumbu untuk dikonsumsi.
Baca Juga: WNI Positif Corona Naik Jadi 19 Orang, Istana: Jangan Panik, Bukan Wuhan
"Oh, tidak ada kekhawatiran dengan virus corona karena di daerah sini belum pernah kedengaran virus corona dan masyarakat di sini sudah terbiasa dengan konsumsi daging kelelawar," ungkap Jemy.
Pemerintah terus edukasi pola hidup dan sehat di Pasar ekstrem Tomohon
Direktur Perusahaan Daerah Pasar Tomohon, Noldy H Montolalu mengatakan berita mengenai virus corona yang disebut-sebut ditularkan oleh ular dan kelelawar di pasar seafood di kota Wuhan, provinsi Hubei, China, menurunkan tingkat penjualan daging kelelawar dan ular di pasar Tomohon sebanyak 50 persen sejak Januari 2020.
Sebagai langkah pencegahan pemerintah melalui instansi dinas kesehatan Tomohon terus mengedukasi para pedagang di pasar ekstrem untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar mengolah daging ular dan kelelawar dengan baik. Sejauh ini hasil pemeriksaan terhadap sampel darah kelelawar yang dijual di pasar ekstrem Tomohon menunjukkan negatif virus corona.
“Satu hal yang menggembirakan, pada awal Februari Dinas Peternakan Provinsi dan Kota mengambil sampel darah kelelawar yang dijual di Tomohon untukdiperiksa di Sulawesi Selatan, di Maros. Hasilnya negatif. Baru kemarin (9/3), kami dapat informasi, hasilnya negatif, tidak mengandung virus corona,” jelas Noldy.
Baca Juga: Ada Kelelawar Kuah Santan, 5 Kuliner Ekstrem Terlaris di Pasar Tomohon
Dia menambahkan dalam lima tahun terakhir, 90 persen ular dan kelelawar yang dijual di pasar ekstrem Tomohon itu berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, sehingga kini pemerintah setempat juga telah memperketat pengawasan di perbatasan untuk memastikan hewan-hewan yang dibawa ke wilayah itu tidak membawa penyakit yang membahayakan kesehatan. [VOA Indonesia]