Suara.com - Hari Perempuan Internasional, Psikolog Ungkap Perempuan Harus Terdidik
Peran pemimpin sebagai penggerak organisasi membuat siapapun harus menempuh perjalanan terjal untuk bisa mendapatkan posisi tersebut. Sayangnya, hal ini seringkali tidak berlaku ketika perempuan hendak melakukan loncatan karier sebagai pemimpin.
Jumlah pemimpin perempuan di Indonesia masih terhitung cukup minim. Walaupun Badan Pusat Statistik tahun 2017 menyatakan peningkatan perempuan yang bekerja menjadi 55,04 persen, hanya 14,1 persen perempuan yang memegang jabatan eksekutif, dan 4 persen berada pada tingkatan CEO.
Baca Juga: Pakaian Dalam Disikat Maling Jemuran, Perempuan Ini Rugi Jutaan Rupiah
Menjelang Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tiap tanggal 8 Maret, Ratih Ibrahim, CEO & Founder Personal Growth mengajak kepada para perempuan Indonesia untuk maju dan tidak takut untuk mengembangkan diri dan menjadi pemimpin.
Ia mengutip ungkapan Brigham Young, bahwa 'When you educate a man, you educated a man; When you educate a woman, you educated a generation'.
"Untuk bisa menjadi sebuah generani, dibutuhkan perempuan yang terdidik, yang punya wawasan. Maka dia akan bisa mendidik anak anak muda untuk menjadi the pemimpin bangsa," ungkapnya di sela acara Lead-Her-Ship: Breaking Stigma and Thriving for Success di @america, Sabtu (7/3/2020).
Tapi, lanjutnya, menjadi terdidik saja tidak cukup. Perempuan juga memiliki kewajiban untuk berkontribusi pada masyarakat, baik sektor domestik maupun sektor publik.
Dengan perkembangan zaman kini, butuh kedua sisi baik dari laki-laki dan perempuan untuk bisa melakukan fungsi domestik dan publik.
Baca Juga: Mawar de Jongh Singgung Perempuan Bucin di Lagu Terbaru
"Dan ketika perempuan ikut dilibatkan, dia akan bekerja dengan sepenuh eksistensinya. Jadi perempuan tidak berada di belakang, perempuan adalah teman di samping. Perempuan dengan perempuan, perempuan dengan laki-laki. Kita semua bergandengan tangan, bersama-sama bekerja," imbuh dia lagi.
Sebagai seorang psikolog, Ratih sangat yakin bahwa perempuan di Indonesia sangat mampu dan tidak ada yang bisa membatasi perempuan. Asal kalau perempuan itu mau.
Ia menegaskan, jika seorang perempuan tahu apa yang mau dia lakukan dan dia merasa berhak untuk melakukannya, maka tidak ada batasan baginya untuk bisa berkembang. Dan hal ini didukung oleh undang-undang, yakni hak untuk mengekspresikan diri.
"Apalagi mengekspresikan secara positif bagi perkembangan nusa dan bangsa. Maka perempuan akan tak terhentikan - unstoppable," katanya kepada suara.com.
Ratih menyarankan bagi semua perempuan di luar sana yang belum mengambil langkah besarnya untuk berani menembus batas dan berani menganggap diri sendiri sebagai pribadi yang berharga. Mengenali kemampuan kita, berbuat, dan menginspirasi orang lain.