Suara.com - Seiring berkembangnya teknologi, kebiasaan belanjaan masyarakat perlahan bergeser. Saat internet belum sepesat hari ini, orang tidak mungkin bisa membeli baju jika tak datang langsung ke tokonya. Pun ketika internet mulai dikenal, toko offline tak serta merta ditinggalkan. Orang masih suka belanja langsung dengan datang ke toko, untuk memegang fisik barang yang akan dibelinya, atau bahkan mencobanya jika yang akan dibelinya adalah pakaian atau sepatu.
Tapi belakangan, belanja online mulai mendominasi kehidupan banyak orang. Dan hal itu tentu berdampak pada keberlangsungan toko offline. Dampak itu bahkan dirasakan pula oleh salah satu departemen store terbesar di Indonesia, SOGO. Selama 30 tahun mewarnai dunia ritel di Indonesia, diakui SOGO bahwa daya beli masyarakat memang masih ada, namun berkurang.
"Saat sekarang memang ritel lagi lemah. Karena kalau retail di luar negeri justru sudah lama. Daya beli juga kurang. Kalau kita di Indonesia bersyukur daya beli masih ada," kata CEO SOGO Sherry Sjiamsuri dalam acara perayaan ulang tahunnya bersama para penyandang disabilitas di Gedung Hin An, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2020).
Kondisi sosial turut mempengaruhi proses penjualan, aku Sherry. Terutama saat musim pemilu di Indonesia tahun lalu.
Baca Juga: Kenali Berbagai Modus Penipuan Belanja Online
"Cuma memang 2019 kemarin dengan adanya pilpres, gonjang ganjing politik, jadi itu juga agak terganggu," ucapnya.
Menurut Sherry, kondisi secara global saat ini memang agak susah. SOGO sendiri belum akan menambah brand baru di dalam tokonya.
"Tapi antisipasinya kita harus memberikan pelayanan terbaik. Kita tetap menyediakan kebutuhan dari costumer," kata Sherry.