Lestarikan Jamu, Aafiyah Nuur Buat Resep Minuman Jamu Khusus Milenial

Senin, 24 Februari 2020 | 10:59 WIB
Lestarikan Jamu, Aafiyah Nuur Buat Resep Minuman Jamu Khusus Milenial
Aafiyah Nuur, Pendiri Jamu Warisan 1983. (Suara.com/Lilis Varwati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tumbuh besar di keluarga penghasil jamu, membuat Aafiyah Nuur Aini punya kecintaan khusus pada minuman asli Indonesia itu. Meski zaman terus berkembang, Aafiyah yakin jamu masih banyak diminum masyarakat hingga saat ini.

Hal itu yang membuatnya yakin untuk meneruskan usaha berjualan jamu yang telah ditekuni oleh kakeknya. Tak mau sekadar berjualan, perempuan 25 tahun itu bercita-cita ingin memiliki rumah jamu yang juga bisa memberikan edukasi untuk masyarakat.

"Seiring perkembangan zaman, jamu masih dikonsumsi. Tapi banyak juga yang nggak tahu tentang jamu," katanya kepada Suara.com ketika ditemui di Fusion Hub, Tebet, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Tak Mau Bergantung dengan Uang Hasil Mengajar

Baca Juga: Punya Cita Rasa Unik, Jamu Indonesia Berpotensi Besar untuk Mendunia

Serius berjualan jamu sebenarnya baru ditekuni Aafiyah sejak Febuari 2019. Ia memutuskan untuk melanjutkan berjualan jamu yang dilakukan sang ibu sejak 1983.

Aafiyah Nuur Buat Resep Minuman Jamu Khusus Milenial. (Suara.com/Lilis Varwati)
Aafiyah Nuur Buat Resep Minuman Jamu Khusus Milenial. (Suara.com/Lilis Varwati)

"Berdirinya jamu 'Warisan 1983' berawal dari kakek saya, namanya Suminto. Ia berjualan di Sukoharjo. Lalu diteruskan ibu saya (mulai berjualan) tahun 1983. Akhirnya saya memutuskan memberi nama 1983," cerita Aafiyah.

Bukan hanya untuk meneruskan usaha keluarga, Aafiyah yang saat ini berprofesi sebagai guru di SMK Agribisnis dan Agroteknologi Amerta, Mega Mendung, Bogor itu ingin tetap melestarikan jamu di masyarakat. Ia juga mengaku, tak mau hanya bergantung dengan penghasilan hasil mengajarnya.

Sekolah tempat mengajarnya pula yang menjadi gerbang pembuka bagi Aafiyah memasarkan jamu. Berawal dari hanya delapan botol, jamu buatan Aafiyah direspon positif oleh rekan sesama guru.

Sejak itulah rasa percaya dirinya terus tumbuh. Hingga ia mulai berani memperluas produknya dengan membuka bazar saat acara-acara di kampus seputaran Bogor.

Baca Juga: Agar Tak Tergerus Zaman, Kilala Tilaar Usulkan Jamu Jadi Mata Kuliah

Rasa percaya diri itulah yang menjadi benteng bagi Aafiyah saat mendapat ledekan dari teman-temannya. Stigma kuno yang melekat pada jamu, membuat tak sedikit orang-orang yang bertanya mengapa ia memilih berjualan jamu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI