Metode Emsclupt Sebabkan Mendiang Ashraf Sinclair Terkena Serangan Jantung?

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 18 Februari 2020 | 15:31 WIB
Metode Emsclupt Sebabkan Mendiang Ashraf Sinclair Terkena Serangan Jantung?
Foto Liburan Terakhir Ashraf Sinclair dan Bunga Citra Lestari (instagram.com/bclsinclair)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aktor asal Negeri Jiran Malaysia, Ashraf Sinclair dinyatakan meninggal dunia karena serangan jantung pada Selasa, (18/2/2020) dini hari.

Di balik berita duka cita tersebut, muncul dugaan jika lelaki berusia 40 tahun itu terkena serangan jantung akibat melakukan metode emsculpt untuk membentuk tubuh. Dugaan tersebut ramai dibicarakan oleh warganet terutama di akun Instagram pribadi mendiang Ashraf.

"Ini mah olahraganya bukan ototnya, tapi jantungnya, kayaknya gara-gara ini ini suaminya BCL meninggal karena jantungnya dipaksa kerja rodi, ya Allah innalillahi," tulis salah satu pengguna Instagram.

Ashraf Sinclair melakukan perawatan emsclupt (Instagram/@ashrafsinclair)
Ashraf Sinclair melakukan perawatan emsclupt (Instagram/@ashrafsinclair)

Dihubungi media, pakar dari Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS Kedokteran Olahraga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Andhika Raspati mengatakan metode Emsculpt yang dilakukan oleh mendiang Ashraf Sinclair tidak ada berhubungan dengan penyakit jantung yang menjadi penyebab kematian sang aktor.

Baca Juga: DPR: BPJS Kesehatan Tak Bakal Tekor Rp 32 Triliun, Jika...

"Kalau kita lihat dalam kasus kematian Ashraf yang dikaitkan dengan EMS (Emsculpt), itu bukan dari EMS karena EMS yang berlebihan tak ada hubungannya secara langsung dengan gangguan jantung yang bisa menyebabkan kematian," kata dr Andhika seperti yang Suara.com kutip dari Antara, Selasa, (18/2/2020).

Dokter KONI DKI Jaya itu menjelaskan bahwa Emsculpt bekerja menggunakan stimulasi otot menggunakan listrik atau electric muscle stimulation (EMS). "Sesuai namanya, EMS adalah metode di mana otot diberi rangsangan listrik dari luar sehingga bisa berkontraksi," kata dr. Andhika.

Laiknya gerakan biasa, EMS bekerja memberikan rangsangan listrik untuk kemudian diterjemahkan dalam bentuk kontraksi. "Nah ini bedanya dengan gerakan biasa, EMS menggunakan listrik dari luar."

Meski begitu, dr. Andika juga mengatakan EMS bisa berbahaya jika dilakukan dalam dosis besar. Saat rangsangan listrik yang diberikan pada otot terlalu tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan atau sel otot.

"Hal itu dapat menimbulkan nyeri pada otot yang berkontraksi. Bila kerusakan berlangsung ekstensif atau luas maka akan menimbulkan kerusakan yang lebih berat sehingga dapat juga memengaruhi fungsi ginjal," kata dia.

Baca Juga: Serangan Jantung Mendadak Seperti Ashraf Sinclair, Pakar Ungkap Penyebabnya

Jika EMS dilakukan secara berlebihan, ia melanjutkan, maka bisa terjadi abdominalisis atau kondisi di mana sel jaringan otot pecah dan masuk ke dalam pembuluh darah, yang akhirnya harus disaring ginjal hingga menyebabkan kinerja ginjal terganggu.

"Meski demikian saya tidak tahu protokolernya seperti apa untuk bisa dikatakan (seperti klaim) 20.000 sit up dalam 30 menit, kalau kita bicara EMS kan ada frekuensi dan intensitasnya," kata dr Andhika.

Meski saat ini banyak klinik yang menawarkan layanan Emsclupt atau EMS, dr Andhika mengaku bahwa dirinya tidak menyarankan metode tersebut dilakukan tanpa latihan fisik lain. "Saya secara pribadi tak pernah menganjurkan pada pasien untuk melakukan EMS saja tanpa latihan yang lain meski EMS ini merangsang kontraksi otot tapi tidak bisa disamakan dengan latihan konvensional," katanya.

Jika ingin mendapatkan tubuh ideal, tambahnya, seseorang harus melakukan aktivitas fisik dibarengi dengan mengatur pola makan yang baik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI