Suara.com - Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki memicu lahirnya ideologi pergerakan Islam atau Pan-Islamisme di Indonesia. Ideologi ini mulanya bertujuan untuk menjalin persaudaraan sesama muslim.
Atas dasar paham tersebut, berdiri sebuah organisasi bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905. SDI mulanya hanya fokus memikirkan ekonomi bangsa, hingga pada akhirnya berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada 14 September 1912.
Di bawah komando Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, SI melakukan gerakan politik dan sosial di tengah kondisi rakyat yang kian menderita akibat kolonialisme Belanda. Tjokroaminoto menunjukkan nasionalismenya dengan mengatakan: "Sudah tidak pantas lagi Hindia diperintah oleh Belanda, bagaikan seorang tuan tanah yang menguasai tanah-tanahnya."
Berkat seruan itu, SI pun menjadi organisasi dengan banyak cabang dan memiliki jutaan pengikut. Namun dalam perjalanannya, SI bermetamorfosis beberapa kali lantaran pergolakan di dalam tubuh organisasi itu sendiri.
Baca Juga: Tommy Apriando, Ketua AJI Yogyakarta Meninggal Dunia
Hal itu secara lengkap dijelaskan lewat buku berjudul Metamorfosis Sarekat Islam karya Hendri Raharjo. Buku ini diterbitkan oleh Media Pressindo pada 2016.
Tercatat, SI sempat berganti nama berulang kali, antara lain yakni Central Serikat Islam (CSI) tahun 1916, Partai Sarekat Islam (PSI) tahun 1920, Partai Syarikat Islam Indonesia tahun 1929, Syarikat Islam pada 1973, sebelum kukuh kembali menjadi SI pada 2003.
Selain mengupas proses tranformasi tersebut, buku ini juga menjabarkan serangan-serangan yang dilancarkan kepada SI terutama saat paham komunisme sukses melakukan perpecahan.
Tak hanya itu, diceritakan pula mengenai pergolakan di tubuh SI selepas kepemimpinan HOS Tjokroaminoto yang bergeser kepada adiknya, Abikoesno Tjokrosoejoso. Namun, terlepas dari semuanya, SI menjadi organisasi politik yang eksis hingga kini.
Buku Metamorfosis Sarekat Islam ini dapat dijadikan referensi bagi akademisi, atau penyuka sejarah yang tertarik dengan kiprah HOS Tjokroaminoto dalam merebut kemerdekaan RI.
Baca Juga: 3 Klub Liga 1 Ini Punya Akun TikTok, Follower Persija Jakarta Paling Banyak
Yang mau baca, bukunya ada di sini.