Suara.com - New Zealand (Selandia Baru) atau yang dikenal dengan negeri awan putih adalah negara kecil yang belakangan banyak digandrungi para pelancong mancanegara, termasuk Indonesia.
Hal ini lantaran New Zealand memiliki alam yang sangat menakjubkan serta berbagai aktivitas outdoor yang beragam, mulai dari yang sifatnya santai hingga yang memacu adrenalin.
Baru saja melancong ke sana, influencer sekaligus youtuber Arief Muhammad, atau yang akrab disapa Poconggg, bertemu dengan suku asli New Zealand, Suku Maori, yang miliki keunikan budaya yang masih dijunjung hingga kini.
Usai kunjungannya, Arief berbagi pengalaman tentang suku tersebut, lewat rilis yang terima Suara.com, Selasa (11/2/2020). Setidaknya, ada 3 hal yang jadi pelajaran bagi Arief di New Zealand.
Baca Juga: Rayakan Tahun Baru di New Zealand, Ini 3 Pilihan Aktivitasnya
1. Kebudayaan Mori sangat melebur di keseharian Kiwi
Mulai dari frasa Bahasa Mori sampai dengan tradisi tarian Haka sebelum pertandingan Rugby dan resepsi pernikahan, New Zealand memadukan beragam kebudayaan suku Mori di berbagai aktivitas mereka.
Jangan aneh kalau mereka tak sungkan menyapa satu sama lain dengan 'Kia Ora', yang berarti halo dan terima kasih. Jadi jangan ragu untuk menggunakan kata 'Kia Ora' saat Anda di New Zealand. Ungkapan sederhana ini bisa membuat Anda lebih mudah bercengkrama dengan orang-orang lokal.
Selain itu, tarian Haka yang sangat populer di New Zealand, dikenal juga dengan tarian perang. Haka biasanya ditampilkan sebelum upacara istimewa kedatangan tamu (Pwhiri), pernikahan, dan acara olahraga.
Jika tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang kebudayaan Mori, kita bisa mengunjungi Te Puia, sebuah institusi budaya dan kerajinan suku Mori di Rotorua, North Island.
Baca Juga: Ingin Liburan Seru di New Zealand? Yuk Contek Kegiatan Arief Muhammad!
Namun jika sedang berada di South Island, kita masih bisa mengunjungi pusat kebudayaan Mori di Ko Tane, Canterbury, Christchurch.
2. Merasakan keramahan asli dari New Zealand
Jika baru pertama kali ke New Zealand, kita tetap dapat merasakan kehangatan dan keramahan warga setempat. Hal ini sebagaimana yang digaungkan Tourism New Zealand dalam kampanye '100% Pure New Zealand Welcome'.
Jadi, jangan terkejut saat diminta untuk melakukan tradisi saling menyentuhkan hidung dengan hidung. Tradisi yang dinamakan dengan Hongi ini bertujuan untuk bertukar 'napas kehidupan'. Dengan melakukan Hongi, seorang Manuhiri atau pendatang disambut untuk menjadi Tangata Whenua atau masyarakat setempat.
Nah, jika tertarik untuk berinteraksi lebih banyak dengan warga lokal dan merasakan keramahan mereka, coba deh menginap di homestay. Ada banyak pilihan homestay yang dapat Anda pilih selagi berlibur di New Zeland.
Arief merekomendasikan untuk tinggal di Olive Homestay, Greytown, South Island, yang bisa Anda capai dengan satu jam berkendara dari Wellington.
Di sana juga kita dapat menikmati ketenangan, pemandangan kebun zaitun yang indah, dan keramahan jamuan warga New Zealand selama menginap.
Halaman yang luas, membuat kita bisa melakukan berbagai aktivitas di sana, seperti menikmati sarapan berupa sajian rumahan khas New Zealand di taman, bermain sepak bola di halaman. Bahkan, kita juga bisa bersepeda ke Sungai Waiohine yang juga terletak di dalam taman berukuran 5 hektar.
3. Tetap menjaga indahnya alam
Mengadopsi nilai-nilai dan kebudayaan suku Mori, orang New Zealand percaya bahwa ketika manusia hidup berdampingan dengan alam, maka kita harus menjaganya agar tetap lestari.
Sebagai negara yang diberkati dengan alamnya yang indah dan beragam, serta berbagai habitat flora fauna yang unik, Kiwi punya satu solusi yakni Tiaki Promise, sebuah janji yang harus ditepati oleh setiap pengunjung dan warga New Zealand untuk menjaga alam agar dapat dinikmati sampai anak cucu.
Salah satu penerapan Tiaki Promise dapat dilihat dari meningkatnya berbagai akomodasi yang menyediakan rental sepeda gratis, makanan yang ditanam dan dipanen sendiri, serta bangunan yang lebih ramah lingkungan.
Kita bisa menemukan fasilitas tersebut dengan konsep berkelanjutan seperti di Te Arai Lodge, Auckland, North Island dan di Ecovilla yang berada di Christchurch, South Island.