Suara.com - Roby Muhamad, Sosiolog Indonesia yang Coba Buktikan Dunia Itu Kecil
Roby Muhamad mungkin tidak dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Namanya tidak sefamiliar tokoh publik seperti pengamat politik atau kriminilog yang wara-wiri di televisi sebagai pakar pembedah aneka kasus. Tapi demikian, Roby Muhamad adalah sosok peneliti di bidang ilmu sosial mumpuni yang dimiliki Indonesia saat ini.
Meski dikenal sebagai sosiolog, ternyata Roby memiliki latar belakang ilmu sains. Ia lulus dan meraih gelar sarjana fisika di Institut Teknologi Bandung serta meraih gelar doktor di bidang sosiologi di Universitas Columbia, Amerika Serikat. Kini, Roby bekerja sebagai dosen di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.
Pada 2003, Roby bersama peneliti lain mencoba membuktikan teori milik Stanley Milgram bertajuk six degrees of separation atau enam derajat pemisahan. Dalam teori tersebut, ada gagasan bahwa semua orang di dunia saling terkait dan hanya dipisahkan dalam enam derajat pemisah. Proyek tersebut dibuat dengan nama Small World Project atau proyek dunia kecil.
Baca Juga: Larangan Cadar dan Celana Cingkrang, Sosiolog UI: Kebijakan yang Konyol
Karena dibuat pada 2003 lalu, Roby sadar betul bahwa proyek tersebut sudah ketinggalan jaman bila dikaitkan dengan maraknya penggunaan media sosial saat ini. "Ini riset yang sudah ketinggalan jaman karena dilakukan pada 2001 sampai 2003. Tapi fenomena media sosial juga dibangun di atas teori dunia kecil tersebut. Sekarang kita sudah liat hasilnya, itu tadi, informasi menjadi cepat menyebar," kata Roby.
Fokus Kampanyekan Kebiasaan yang Menular
Kini, Roby tengah fokus dalam penelitian gaya hidup yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan.
Dalam satu kesempatan, Roby mengatakan bagaimana fenomena seperti obesitas bahkan kebiasaan merokok dapat menular ke orang lain. "Menurut riset, kondisi obsesitas nyatanya bisa menular seperti penyakit flu," katanya. Penularan yang Roby maksud tentu saja tidak melaui parasit atau virus melainkan kondisi sosial seseorang yang dirasa kurang baik. "Jadi artinya percuma individu sehat tapi lingkungannya tidak," tambahnya.
Lewat riset para ilmuwan di MIT, Roby mengatakan bahwa komunitas berperan sebagai pemantik semangat dalam pengadopsian gaya hidup dan perilaku sehat di tengah masyarakat. "Akan sangat sulit menerapkan pola hidup sehat, ketika kita berada di lingkungan yang tidak sehat. Karenanya, komitmen yang dilakukan bersama melalui komunitas, menjadi cara efektif dalam proses menanamkan kebiasaan gaya hidup sehat," tutupnya.
Baca Juga: Sosiolog Sebut Ekonomi Ekstraktif Jokowi Sama Seperti Kebijakan Orde Baru
Untuk menangkal itu semua, Roby menekankan pentingnya bergabung dengan komunitas yang menerapkan gaya hidup sehat. Meski akan kesulitan di awal, namun Roby meyakinkan adanya sifat naluriah manusia untuk mengikuti hal yang ada di sekitar lingkungannya.