Suara.com - Wabah virus corona telah mengakibatkan kerugian di berbagai sektor di China, terutama industri pariwisata, kuliner, dan pertunjukan film. Bahkan, disebut-sebut total kerugian mencapai sekitar Rp 1,98 triliun.
Seperti dilansir dari Antara, beberapa pengamat ekonomi di China memperkirakan angka kerugian terbesar terjadi selama rentang tujuh hari libur kerja Tahun Baru Imlek pada 24-30 Januari 2020.
"Angka penjualan makanan di restoran dan toko ritel dalam tujuh hari libur Imlek tahun 2019 lalu mencapai 1 triliun yuan (hampir Rp 2 triliun). Nilai penjualan sektor ini saja diperkirakan baru bisa meraih pendapatan separuhnya dari tahun kemarin," kata Ren Zeping, analis sekaligus Direktor Evergrande Think Tank dikutip media lokal di Beijing, Jumat (31/1/2020).
Seorang manajer restoran di Guangzhou, Provinsi Guangdong, mengaku bisa mendapatkan 500.000 yuan (hampir Rp 1 juta) per hari pada libur Imlek tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: Satu Hari, Tercatat 45 Korban Baru Virus Corona di Hubei, China
Tapi tahun ini, ia mengaku merugi jutaan yuan, demikian penuturan manajer tersebut dikutip laman berita Caixin.
Manajemen Haidilao International Holding yang memiliki waralaba hotpot terbesar di China, malah menutup semua gerainya sejak Jumat (31/1/2020).
Hingga Juni tahun lalu, Haidilao yang menyuguhkan kuliner daging segar itu mengoperasikan 550 unit restoran di 116 kota di China.
Salah satu imbauan untuk menghindari terinfeksi 2019-nCoV di antaranya tidak mengonsumsi daging setengah matang. Hal ini yang turut mengurangi omzet restoran hotpot tersebut.
Jiumaojiu Group, operator restoran yang terdaftar di Hong Kong, akan menutup lebih dari 300 gerainya hingga 9 Februari 2020.
Baca Juga: Wabah Virus Corona, 86 Penerbangan dari Bali ke China Dibatalkan
Demikian juga dengan industri pariwisata dan film yang terkena pukulan telak setelah semua objek wisata dan gedung bioskop di China ditutup untuk mencegah meluasnya wabah yang telah merenggut ratusan nyawa manusia itu.