Suara.com - 'Menulis adalah bekerja untuk keabadian', begitu ungkapan dari penulis ternama Pramoedya Ananta Toer. Ya, dengan menulis, kita seolah menyimpannya dalam album kenangan yang suatu saat bisa dibuka kembali untuk bernostalgia.
Sudah menulis, lalu bagaimana cara menerbitkannya menjadi sebuah buku dan karya? Semua penulis tahu, tak mudah membuat penerbit mau melirik hasil karya pemula.
Tapi jangan menyerah. Ada bocoran langsung dari pihak penerbit supaya hasil karya kamu dilirik. Ida Bagus Kade Syumanjaya selaku Elex Fiction and Non Books Manager dari penerbit PT Elex Media Komputindo, menjelaskannya di bawah ini.
1. Jalan-jalan ke toko buku
Baca Juga: Artis Nulis Buku, Jaminan Laris? Ini Kata Penerbit
Setiap karya seni, seperti buku, pastilah memiliki pasarnya masing-masing. Tapi, kamu pasti ingin hasil karyamu, atau buku yang kamu tulis, bisa berimbas pada banyak orang. Nah, mulailah dengan melakukan riset.
Menurut Syumanjaya, lewat riset di toko buku, kita bisa mendapat ide-ide kreatif, misalnya cerita apa yang sedang hits, atau penulis dan buku dengan jalan cerita seperti apa yang memiliki banyak peminat.
"Kalau untuk penulis baru, banyak-banyaklah melihat di toko buku, ide apa yang best seller," ujar Syumanjaya beberapa waktu lalu.
2. Riset di media online
Mungkin banyak yang menganggap jika platform digital itu musuh bagi buku cetak. Padahal tidak juga, lho. Bahkan sekarang, penerbit tempat Syumanjaya bekerja suka melihat respons pembaca di media online.
Baca Juga: Penerbit Akui Tren Buku Komik Menurun Drastis, Bagaimana dengan Novel?
Misalnya, si penulis bisa membagikan potongan tulisannya di media online seperti wattpad, line today, hipwee, dan sebagainya. Lalu, jika respon pembacanya bagus, maka akan bagus juga penilaian penerbit yang memperbesar peluang karya kamu untuk dilirik dan diterbitkan oleh mereka.
3. Kembangkan passion
Mungkin ini jadi hal yang paling penting dan vital. Passion penulis itu seumpama bahan baku, jika ini tidak ada, maka tulisan juga tidak akan ada. Jadi, cari ide atau tema penulisan yang membuatmu enjoy, apa hal yang menggelitik dan hal yang kamu sukai untuk diceritakan. Karena cerita yang bagus adalah cerita yang berasal dari hati.
"Tapi yang paling penting, penulis punya passion sendiri. Dia mau bikin apa, mungkin dia jagonya apa. Kalau misalnya mungkin novel, dia nggak mungkin bikin komik. Atau, ya sudah, bikin puisi. Tinggal melihat kalau puisi modelnya seperti apa," jelas Syumanjaya.
4. Model cetakan seperti apa
Selayaknya cinta 'dari mata turun ke hati', begitu juga dengan buku. Penulis harus tahu seperti apa bukunya nanti akan ditampilkan, yang akan menarik minat baca dari para pembelinya. Ada buku yang kemasannya bagus atau instagramble untuk di masukkan ke media sosial, atau ada juga yang menguatkan sinopsis atau teaser jalan cerita yang menarik.
"Yang penting juga penampilan. Ketika nanti di cetak seperti apa, banyak-banyak riset saja," ungkapnya.
"Karena memang investasi di buku cetak itu besar. Yang pertama investasi dari penulis, dia punya tulisan. Kedua dari penerbit, karena penerbit itu segalanya di awal. Kita cetak, kita bayar royalti di muka, kita distribusi, biaya distribusi, dan lain-lain," sambungnya.
Jadi, sudah siap untuk menulis buku?