3. Kembangkan passion
Mungkin ini jadi hal yang paling penting dan vital. Passion penulis itu seumpama bahan baku, jika ini tidak ada, maka tulisan juga tidak akan ada. Jadi, cari ide atau tema penulisan yang membuatmu enjoy, apa hal yang menggelitik dan hal yang kamu sukai untuk diceritakan. Karena cerita yang bagus adalah cerita yang berasal dari hati.
"Tapi yang paling penting, penulis punya passion sendiri. Dia mau bikin apa, mungkin dia jagonya apa. Kalau misalnya mungkin novel, dia nggak mungkin bikin komik. Atau, ya sudah, bikin puisi. Tinggal melihat kalau puisi modelnya seperti apa," jelas Syumanjaya.
4. Model cetakan seperti apa
Baca Juga: Artis Nulis Buku, Jaminan Laris? Ini Kata Penerbit
Selayaknya cinta 'dari mata turun ke hati', begitu juga dengan buku. Penulis harus tahu seperti apa bukunya nanti akan ditampilkan, yang akan menarik minat baca dari para pembelinya. Ada buku yang kemasannya bagus atau instagramble untuk di masukkan ke media sosial, atau ada juga yang menguatkan sinopsis atau teaser jalan cerita yang menarik.
"Yang penting juga penampilan. Ketika nanti di cetak seperti apa, banyak-banyak riset saja," ungkapnya.
"Karena memang investasi di buku cetak itu besar. Yang pertama investasi dari penulis, dia punya tulisan. Kedua dari penerbit, karena penerbit itu segalanya di awal. Kita cetak, kita bayar royalti di muka, kita distribusi, biaya distribusi, dan lain-lain," sambungnya.
Jadi, sudah siap untuk menulis buku?
Baca Juga: Penerbit Akui Tren Buku Komik Menurun Drastis, Bagaimana dengan Novel?