Cerita Anak Taman Baca Batara, Putuskan Sendiri Kegiatan Seru Hari Minggu

Selasa, 21 Januari 2020 | 13:07 WIB
Cerita Anak Taman Baca Batara, Putuskan Sendiri Kegiatan Seru Hari Minggu
Herfan Efendi (14) peserta Kampung Batara berlatih kendang didampingi Sanggar Seni Joyo Karyo. (Suara.com/Ahmad Suudi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Adlin Mustika Alam pelatih yang didatangkan Joyo Karyo mengenalkan anak-anak Kampung Batara pada notasi nada. Pola bermusik anak-anak Batara yang awalnya meniru bunyi berdasarkan bakat alami, diperkenalkan pada pembacaan notasi angka.

Dia menuliskan dua bar notasi di papan putih untuk aransemen lagu Cengkir Gading dan memandu anak-anak membawakannya secara harmonis. Joyo Karyo meminjamkan satu set gamelan, dan mendatangkan personil remaja yang mendampingi sobat cilik Batara.

"Jarang ada anak-anak berani bernyanyi dan menari seperti tadi. Biasanya kan nggak mau, atau lari," kata Adlin yang juga arranger musik pengiring Gandrung Sewu 2019 itu.

Koordinator Pusat Layanan Konseling dan Difabilitas LP3M Universitas Negeri Jember (Unej) Senny Wiyara Dienda Saputri mengatakan latihan pengambilan keputusan baik untuk anak. Dampak positifnya, mereka jadi terbiasa berpikir logis, memahami konsekwensi, berani mengambil risiko, melatih kepemimpinan dan berempati.

Baca Juga: Hore! Taman Baca di Indonesia akan Dapat Rak dan 70 Ribu Buku Gratis

Diakuinya di lingkungan sekolah formal maupun keluarga, mereka nampak tidak berkesempatan berlatih mengambil keputusan. Di kelas maupun di rumah sendiri berbagai hal yang harus dan jangan dilakukan diatur secara ketat oleh guru dan orang tua.

"Anak usia 4 atau 5 tahun penting untuk kita ajak membuat pilihan, kemudian mengambil keputusan, dan bertanggung jawab atau konsekwen. Kalau yang tidak terbiasa akan mengambil keputusan berdasarkan like and dislike," kata Senny saat dihubungi, Senin (20/1/2020).

Namun pengambilan keputusan oleh anak secara berkelompok membutuhkan bimbingan yang berbeda. Anak yang paling dominan, seperti Fendi, harus dibimbing untuk menjadi pemimpin yang baik, dengan menanyakan pendapat anggota-anggota kecilnya.

Bila pilihan-pilihan dilepas kepada mereka begitu saja, anak-anak besar yang akan mengambil keputusan tanpa berempati pada yang kecil. Dominasi anak-anak besar yang tidak disertai empati bisa menyebabkan mereka berlaku narsis dan yang kecil bertindak nakal.

"Kalau tidak diberi pengakuan, anak-anak akan menggunakan cara lain untuk mendapatkannya, yaitu berkelakuan nakal. Kalau didengar, mereka akan merasa diakui," kata Dosen Pendidikan Guru PAUD FKIP Unej itu.

Baca Juga: Suaranya Semangat Banget, Video Polisi Belajar Iqra Ini Jadi Sorotan

Dijelaskannya di beberapa sekolah di luar negeri telah menerapkan latihan siswa berdiskusi untuk mengambil keputusan. Hasilnya tindakan-tindakan nakal mereka dirasakan menurun oleh sekolah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI