Suara.com - Ronald Syarif memang sudah tak muda lagi. Lelaki kelahiran Jakarta 27 September 1945 tersebut, akan genap menginjak usia 75 tahun pada 2020 ini.
Meski demikian, Ronald Syarif masih memiliki semangat tinggi untuk membawa nama Indonesia, khususnya seni Barongsai harum di kancah internasional.
Ronald Syarif atau yang biasa dipanggil Wong Pak, merupakan ketua tim Kong Ha Hong Lion Dance Troupe.
Baca Juga: Jelang Imlek, Warga Tionghoa Bogor Mandikan Rupang di Vihara Dhanagun
Sudah lima kali tim barongsai besutannya mencicipi gelar juara dunia World Lion Dance Championship yaitu pada 2009, 2015 sebanyak dua kali, 2017 dan 2019 kemarin dalam ajang Guang Xi World Lion Dance Championship 2019 di China.
Menariknya, Ronald Syarif mengaku Indonesia merupakan negara dengan tim barongsai paling beragam.
Hal tersebut, sambung dia, terbukti dari anggota tim dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda.
Tak hanya itu, Ronald Syarif bahkan juga memiliki beberapa tim barongsai yang semuanya perempuan yang dianggap 'kurang cocok' untuk bermain seni barongsai.
"Bayangkan saya punya tim, di kepala (Barongsai) Muslim dan di ekor Katolik. Jadi, kami menerima semua agama. Tidak terlepas dari agama mana pun," katanya bangga.
Baca Juga: Resep Bebek Peking Panggang Khas Imlek, Punya Makna Selalu Utuh dan Setia
Gelar juara tersebut, lanjut Ronald Syarif, tak didapat dengan cara yang gampang, sebab tim barongsainya mengalami perjalanan yang penuh liku.
Sekadar diketahui, tim barongsai Kong Ha Hong, cerita Ronald Syarif, sudah ada sejak 17 Agustus 1999, tepat setelah pemerintah Indonesia menarik larangan aktivitas berbau Tionghoa setelah 32 tahun dipraktikkan oleh pemerintah orde baru yang dipimpin Presiden Soeharto.
Tidak tanggung-tanggung, untuk kembali menemukan kejayaan permainan barongsai Tanah Air, Ronald Syarif sampai-sampai harus membawa pelatih dari luar negeri.
"Susahnya dulu itu, saya sampai bawa pelatih dari China dan Malaysia. Dulu sebelum dilarang, pelatih bisa saya datangkan dari Medan saja," kenang Ronald Syarif mengingat perjuangan membesarkan tim barongsainya.
Ya, sebelum kegiatan berbau Tionghoa dilarang, Ronald Syarif mengaku sudah bergelut di bidang seni barongsai.
Ia bahkan sudah tertarik bermain barongsai sejak usia belasan tahun. Sayangnya, kekhawatiran pemerintah orde baru terhadap kelompok Tionghoa, membuat Ronald dan teman-temannya tak bisa berbuat banyak.
"Nah, saat Gus Dur menjadikan Imlek sebagai hari libur dan Megawati menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional, baru kita boleh main barongsai," tambahnya.
Kini Ronald Syarif bersama tim barongsainya tengah memperjuangkan barongsai sebagai salah satu jenis olahraga seni yang dapat dilombakan di Pekan Olahraga Nasional.
Hampir lolos di gelaran PON selanjutnya, tapi ternyata cabang olahraga barongsai, kata dia, ditarik kembali dan tidak jadi dipertandingkan.
Di dunia internasional, Ronald Syarif dan komunitas barongsai dunia juga tengah memperjuangkan hal sama untuk cabang olahraga olimpiade.
"Mudah-mudahan kita bersama memperjuangkan hal tersebut," tutupnya.