Suara.com - Sebuah komunitas yang mengumpulkan buku untuk kemudian mendistribusikannya ke ratusan taman baca independen di seluruh Indonesia berdiri pada 2002 lalu.
Diberi nama Komunitas 1001 Buku, komunitas ini awalnya didirikan oleh Ida Sitompul, Santi Soekanto, dan Upik Djalins pada 2002, namun baru benar-benar dirilis secara umum pada 10 Januari 2003.
Tepat hari ini, Sabtu (11/1/2020), Komunitas 1001 Buku menginjak usia 18 tahun dengan jumlah anggota pengurus yang tak lebih dari 10 orang.
Suara.com berkesempatan mewawancarai Ketua Komunitas 1001 Buku, Amma Erithia pada Jumat (10/1/2020).
Baca Juga: Berawal dari Komunitas, Ariel Noah Mantapkan Diri Bikin Tim eSport
Kata Amma, ia dan kawan-kawan relawan di komunitas kerap berseloroh bahwa mereka tak ubahnya para 'pemulung buku'.
"Kami mengumpulkan buku-buku dari berbagai pihak seperti perusahaan, perorangan, dan disortir untuk kemudian disitribusikan ke taman baca jaringan," katanya via sambungan telepon.
Buku yang menjadi prioritas adalah buku bacaan anak dan buku ilmu pengetahuan, tapi seiring berjalannya waktu, kebutuhan jenis buku juga semakin luas.
"Kami awalnya lebih prioritas buku anak dan ilmu pengetahuan. Tapi kemudian lebih bervariasi lagi ada yang minta buku keterampilan, buku motivasi diri," tambahnya.
Sistem donasi buku biasanya dilakukan terpusat. Calon donator cukup mengirimkan buku yang hendak mereka sumbangkan ke alamat organisasi di Jalan Kemuning, Nomor 3, Utan Kayu, Jakarta Timur.
Baca Juga: Komunitas Pengendara Harley Davidson Bantu Korban Banjir
"Kalau dari perusahan biasa mereka kasih dalam bentuk uang cash lalu kami belikan buku," imbuhnya.