Suara.com - Siapa yang tak kalap jika sudah dihadapkan dengan aneka menu masakan Minangkabau? Biasa disebut dengan istilah Nasi Padang atau Nasi Kapau, makanan ala masyarakat Urang Awak tersebut menjadi favorit tak hanya bagi warga Sumatera Barat, tetapi juga banyak masyarakat Nusantara lainnya.
Satu hal yang mengganggu dari Nasi Padang adalah, makanan yang disajikan tergolong tinggi lemak dan kurang serat. Coba tengok setiap menunya, ada banyak olahan santan, daging merah, plus jeroan, namun sedikit olahan sayur hijau.
Nah, lewat tesis bertajuk 'Efek Promosi Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal terhadap Praktik Diet, Asupan Gizi, Status Gizi, dan Profil Lipid Wanita Etnis Minangkabau Dyslipidemia', peneliti Gusnedi, S.TP, MPH, mencoba membuat pedoman dan aturan cara mengonsumsi nasi Padang yang baik dan benar.
Baca Juga: Enaknya Makan Gorengan di Musim Hujan, Cobain Resep Gemblong
Tujuannya satu, makan enak tapi juga mudah-mudahan tetap sehat. Lalu, bagaimana cara mengontrol mengonsumsi masakan nasi Padang?
Kata Gusnedi, kamu bisa makan nasi Padang dengan nyaman asal pilih salah satu dari dua 'menu paling bermasalah', yaitu hanya memilih menu olahan santan saja, atau menu yang digoreng saja.
Tapi, ia secara spesifik mendorong kita lebih memilih yang santan. Alasannya, tak lain dan tak bukan karena ciri khas olahan suku Minang memang cenderung bersantan seperti gulai.
"Makanan yang harus dibatasi adalah makanan yang digoreng, karena pola makan orang Minang itu digulai dan digoreng. Saya sarankan, jangan pilih digoreng karena kualitas minyak kelapa sawit yang digunakan sangat rendah dan memberikan dampak jelek (bagi kesehatan)," katanya.
Minyak sawit yang dipanaskan, lanjutnya, dapat merusak asam lemak dan menghasilkan lemak jenuh yang dapat memperparah kadar kolesterol dalam tubuh.
Baca Juga: Minyak Goreng Curah Dilarang, Pedagang Gorengan: Mau Untung Jadi Buntung
Sementara olahan santan diklaim dapat memicu orang mengonsumsi banyak sayuran yang kaya serat. "Dalam olahan santan, ada bumbu rempah-rempah yang punya antioksidan dan faktor protektif. Tapi kalau konsumsi terlalu sering juga tidak boleh," lanjutnya.