Alergi Zat Kimia Pewarna Rambut, Wanita Ini Menyesal Seumur Hidup

Rabu, 08 Januari 2020 | 20:10 WIB
Alergi Zat Kimia Pewarna Rambut, Wanita Ini Menyesal Seumur Hidup
Ilustrasi mewarnai rambut. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang wanita asal Inggris, Robyn Cherry, membagikan kisah mengerikan ketika ia mewarnai rambut di tahun 2010 lalu. Robyn menderita alergi seumur hidup karena tubuhnya syok terhadap reaksi zat kimia yang terkandung dalam pewarna rambut.

Melansir World of Buzz, tubuh Robyn bereaksi terhadap bahan bernama paraphenylenediamine (PPD) yang umum dijumpai dalam produk pewarna rambut.

Awalnya, Robyn bosan dengan rambut pirang dan ingin mengembalikan warna rambut aslinya, yaitu cokelat. Ia kemudian pergi ke salon setelah melakukan tes alergi sehari sebelumnya.

Dijelaskan jika tubuh Robyn tak mengeluarkan reaksi apa-apa selama ia mencoba tes. Ia lantas mantap menuju salon untuk melakukan proses pewarnaan rambut. 

Baca Juga: Mewarnai Rambut Tingkatkan Risiko Kanker Payudara, Ini Faktanya!

Namun, hal buruk mulai ia rasakan ketika keluar salon. Wajahnya bengkak dan ia merasakan sensasi terbakar di kepalanya.

Ilustrasi mewarnai rambut. (Shutterstock)

Keesokan harinya, wajah Robyn jadi lebih besar dua kali lipat dan Robyn langsung dilarikan ke dokter umum. Melihat kondisi Robyn, dokter merujuknya ke rumah sakit dan langsung dibawa ke unit resusitasi.

Setelah dirawat 16 jam, Robyn berangsur baik dan bisa pulang ke rumah. Sayangnya, saluran pernafasan Robyn kembali bengkak enam jam kemudian.

Ia dilarikan ke rumah sakit lagi dan setelah itu, Robyn keluar masuk rumah UGD setiap empat hari sekali setelah kejadian mengerikan ini.

Dokter mengatakan Robyn alergi PPD dan tubuhnya terlanjur syok sehingga bereaksi alergi terhadap apapun termasuk matahari, makanan, minuman dan pakaian.

Baca Juga: Hati-hati, Ini 5 Kesalahan saat Mewarnai Rambut

"Saya menjadi alergi terhadap sebagian besar makanan, rempah-rempah, kacang-kacangan, alkohol, dan pakaian. Saya tidak bisa makan di restoran, memakai pakaian bagus atau pergi minum-minum dengan teman-teman saya. Hidup saya menjadi neraka," katanya.

Ilustrasi sinar matahari. [Shutterstock]
Ilustrasi sinar matahari. [Shutterstock]

Setiap kali terkena sinar matahari, kulitnya akan ditutupi lepuh dan bernanah. Dia juga akan merasakan gatal-gatal di sekujur tubuhnya dan bahkan pingsan.

Robyn kemudian didiagnosis erupsi cahaya polumorfik dan solar urticaria pada tahun 2011. Itu membuatnya sensitif terhadap sinar matahari.

"Saya akan menggunakan antihistamin dan steroid yang sangat kuat selama sisa hidup saya," ujarnya.

Pengalaman Robyn menjadi pelajaran bagi banyak orang agar selalu melakukan tes alergi sebelum melakukan proses kimia terhadap rambut dan pastikan tes itu dilakukan selama 48 jam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI