Suara.com - Bencana Gempa Bumi yang menguncang Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2007 telah mengubah kehidupan banyak orang, tak terkecuali dengan sastrawan NH Dini.
Setelah mengalami berbagai kesulitan, wanita yang lahir dengan nama Nurhayati Sri Handini tersebut memutuskan pulang ke tanah kelahirannya di Kota Semarang, Jawa Tengah, berharap bisa hidup dengan nyaman dan mapan di hari tuanya.
Dini lalu memilih tinggal di Wisma Langen Werdasih yang berlokasi di Lerep, Lereng Gunung Ungaran. Di sana, ia hidup sebagai wanita mandiri yang tetap menelurkan karya meski terkadang juga menjumpai ketidaknyamanan.
Lika liku hidup sastrawan feminis Indonesia tersebut lantas dikisahkan lewat novel bertajuk Gunung Unggaran (2018). Novel ini menjadi karya ke-15 sekaligus yang terakhir NH Dini sebelum di jemput ajal pada 27 Desember 2018.
Baca Juga: Gunung Lawu Dilanda Badai, Jalur Pendakian Cemoro Kandang Ditutup Sementara
Novel Gunung Ungaran tak hanya mengisahkan kehidupan NH Dini selama di Lerep, namun juga perjalanan kreatif Dini sebagai sastrawan dan seniman, penghargaan yang didapat, perjalanan ke berbagai tempat serta hubungan Dini dengan kedua anaknya, Padang dan Lintang.
Wanita kelahiran 29 Desember 13 itu pun memilih hijrah dari Lerep seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk demi mendapat kenyamanan hidup. Meski begitu, Dini tak henti-hentinya mengucap syukur dengan jalan hidup yang dialami, seperti ditunjukkan dalam hampir setiap bab di novel ini.
Tak ayal, novel Gunung Ungaran karya bisa dijadikan bahan bacaan bagi penyuka sastra terutama penggemar setia NH Dini untuk mengenang tulisan indah idolanya.