Rutinitas Kecantikan yang Berkelanjutan Akan Jadi Tren di Tahun 2020

Jum'at, 03 Januari 2020 | 15:33 WIB
Rutinitas Kecantikan yang Berkelanjutan Akan Jadi Tren di Tahun 2020
Ilustrasi membersihkan wajah. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat ini, kerusakan lingkungan yang semakin parah membuat banyak orang mulai beralih pada gaya hidup yang berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan mengurangi penggunaan barang-barang yang bisa menghasilkan polusi dan limbah dari produk sekali pakai, seperti sedotan plastik, botol air plastik hingga cangkir kopi sekali minum.

Tapi pernahkah terpikir oleh Anda, jika rutinitas kecantikan yang setiap harinya Anda lakukan juga bisa menyumbang polusi dan limbah yang sama merusaknya seperti sedotan plastik? Lihat saja bagaimana berbagai produk kecantikan dikemas dalam plastik yang kemungkinan besar akan berakhir di tempat pembuangan sampah.

Nah, di tahun baru ini, saatnya membuat komitmen untuk membantu lebih banyak pihak mengurangi polusi dan limbah dari produk sekali pakai, dengan membuat rutinitas kecantikan yang berkelanjutan. Bagaimana caranya? Berikut daftarnya yang dilansir dari The Independent.

1. Gunakan kapas atau tisu wajah yang biodegradable

Baca Juga: Dari BTS hingga BLACKPINK, 5 Tren Kecantikan Kpop Terbaik Tahun 2019

Setelah seharian beraktivitas, kapas dan tisu wajah jadi andalan untuk menghapus riasan dan membersihkan wajah. Meski ini sangat efisien, tapi tahukah Anda jika kerusakan lingkungan yang ditimbulkan tisu wajah ternyata sangat besar?

Menurut kelompok riset Mintel, 47 persen orang Inggris secara teratur menggunakan tisu wajah, yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa terurai dari tempat pembuangan sampah karena komposisi bahan yang hampir tidak dapat dihancurkan seperti poliester, polipropilena, kapas, pulp kayu, atau serat rayon. Sebuah survei di Inggris juga mengungkap jika tisu adalah penyebab penyumbatan paling besar di selokan atau sekitar 93 persen.

Melihat kondisi tersebut, ada beberapa alternatif yang tidak terlalu merusak lingkungan. Jika Anda tidak sanggup berpisah dengan tisu wajah, atau membutuhkan solusi cepat untuk situasi darurat, sejumlah merek kini menawarkan alternatif tisu yang dapat terbiodegradasi dan dapat digunakan kembali. Atau, gunakan bantalan penghapus makeup yang dapat digunakan kembali dan dicuci.

Selain tisu wajah, kapas juga bisa menyebabkan bencana. Selain tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat didegradasi, dibutuhkan satu ton air untuk menghasilkan setiap lapisan kapas sekali pakai. Tumbuhan penghasil kapas (kecuali yang terbuat dari kapas organik) juga ditanam dengan pestisida yang merusak lingkungan sekitar.

Solusinya adalah berinvestasi dalam penghapus makeup yang dapat digunakan kembali yang terbuat dari kapas lembut, kapas organik, atau bantalan serat mikro berkualitas tinggi. Saat ini juga tersedia penghapus makeup dua sisi yang hanya membutuhkan air, dapat digunakan kembali hingga 200 siklus pencucian dan menggantikan kebutuhan 500 tisu wajah.

Baca Juga: Unik Bergelombang, Tren Kecantikan Bibir Setan Dianggap Berbahaya

2. Tukar aerosol dengan deodoran stick alami

Sebagian besar dari kita menggunakan deodoran setiap hari yang berbahan dasar aerosol dan berkemasan roll-on. Dilihat dari kemasannya, produk ini juga dapat merusak lingkungan.

Biasanya, deodoran roll-on dikemas dalam dua lapisan plastik, yang berarti sangat sulit untuk didaur ulang. Mengingat plastik membutuhkan waktu hingga 450 tahun lamanya untuk terurai dan jutaan orang menggunakan deodoran roll-on setiap hari, maka kita bisa membayangkan berapa jumlah plastik yang hanya berasal dari deodoran roll-on saja.

Meskipun berita baiknya adalah aerosol dapat didaur ulang, gas terkompresi yang digunakan di dalamnya memiliki dampak berbahaya pada emisi CO2.

Menurut sebuah studi baru-baru ini oleh produsen kecantikan Unilever, jika satu juta orang mengganti aerosol reguler mereka untuk aerosol yang lebih baru dan terkompresi, maka 696 ton CO2 dapat dihemat, yang setara dengan alumunium yang bisa menghasilkan hingga 20 ribu sepeda.

Jadi, apa yang seharusnya Anda gunakan? Deodoran alami yang dibuat dengan sedikit atau tanpa kemasan. Ini adalah alternatif yang bagus karena produk ini selain bisa membantu menjaga bau, juga memiliki dampak minimal pada dunia di sekitar kita. Formula bebas aluminium ini akan baik untuk tubuh Anda, serta terhadap lingkungan.

Berinvestasi dalam deodoran alami juga menawarkan kesempatan untuk Anda menjelajahi berbagai formula berbeda, dari bubuk, krim, liquid pump, hingga
crystal stick.

3. Pilih produk yang bisa diisi dan didaur ulang

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Garnier dan TerraCycle, hanya 50 persen kemasan kamar mandi yang bisa didaur ulang, dibandingkan dengan 90 persen kemasan dapur. Dan, mengingat bahwa industri kosmetik global menghasilkan 120 miliar unit kemasan setiap tahun, itu adalah pemborosan yang besar.

Untungnya, ada beberapa kemajuan yang dibuat di dunia kecantikan. Lush misalnya, telah secara besar-besaran memperluas pilihan produk bebas kemasan 'Naked' yang sekarang mencapai 50 persen dari produknya, termasuk gel shower, pelembap, dan lipstik isi ulang berlapis lilin yang dapat dimasukkan ke dalam wadah yang dapat digunakan kembali.

Sejumlah merek lain muncul sebagai tanggapan terhadap meningkatnya permintaan akan kemasan yang lebih sedikit. Misalnya L'Occitane dan Rituals yang menawarkan kemasan isi ulang dan merek seperti Origins, & Other Stories dan Mac Cosmetics yang menawarkan sistem penghargaan ketika pelanggan mengembalikan plastik kosong mereka botol.

4. Tukar cotton bud plastik dengan versi bambu

Diperkirakan bahwa ada 1,8 miliar cotton bud bertangkai plastik yang digunakan warga Inggris. Terlebih lagi, sekitar 10 persen dari cotton bud ini dibuang ke toilet.

Cotton bud bertangkai plastik hanyalah salah satu dari ribuan produk sanitasi yang dibuang dengan tidak benar yang dapat mengakibatkan pencemaran saluran air dan lingkungan laut. Bahkan, benda satu ini juga mengancam satwa liar.

Bentuk cotton bud yang panjang dan tipis dapat menembus organ-organ internal hewan laut yang secara tidak sengaja menelannya, dan batang plastik ini juga secara teratur muncul di perut burung laut.

Untuk itu, Anda memiliki opsi mengganti versi plastik dengan batang yang terbuat dari bambu, seperti yang dibuat oleh merek Hydrophil. Bedanya dengan cotton bud bertangkai plastik yang tidak dapat terurai selama bertahun-tahun dan 'hidup' sebagai polutan, cotton bud versi bambu dapat dibuang ke sampah organik atau tempat kompos. Terlebih lagi, cotton bud bambu juga dibuat dalam kemasan kardus daur ulang, yang dapat mengurangi limbah plastik.

5. Boikot merek yang menggunakan terlalu banyak plastik

Ketika industri kecantikan terus bergulat dengan masalah plastik, banyak perusahaan mulai berinovasi menciptakan produk yang mencakup pengemasan dan bahan-bahan yang lebih berkelanjutan, dengan menggunakan kemasan biodegradable atau memanen bahan dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Sayangnya, masih begitu banyak merek yang tidak peduli dengan isu lingkungan ini.

Menurut laporan Mintel's Natural, Organic and Ethical Toiletries, lebih dari 60 persen konsumen mengatakan mereka akan berhenti menggunakan merek kecantikan tertentu jika mereka merasa memiliki "praktik tidak etis" terhadap lingkungan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI