Suara.com - Taman Mini Indonesia Indah atau TMII memang identik dengan budaya dan cerita nusantara. Dan sudah jadi tradisi setiap malam tahun baru, TMII akan mementaskan pertunjukan wayang semalam suntuk.
Di malam tahun baru 2020, tepatnya di Anjungan Jawa Timur TMII, akan dipentaskan pewayangan asal Magetan selama 6 jam nonstop yang berkisah tentang Prabu Dono Pati, Dewi Sukesi, dan Begawan Wisarawa (ayah Prabu Dono Pati).
Didalangi oleh Putut Puji Agusseno (29), cerita ini akan mengajarkan betapa pentingnya sebuah kemandirian bagi seorang lelaki. Begitu pun dengan orangtua, yang seharusnya bertindak sebagai panutan dan tidak boleh memanjakan anak, serta wajib melatih anak agar mandiri.
Baca Juga: Malam Tahun Baru, Jalan Tol Cipali Arah Jakarta - Bandung Banjir
"Ini penggarapan saya lebih ke pendidikan karakter keluarga, jadi kita harus mandiri dalam segala hal, jangan jadi seperti Prabu Dono Pati," ujar Dalang Putut kepada Suara.com di Anjungan Jawa Timur TMII, Jakarta Timur, pada Selasa (31/12/2019).
Cerita wayang ini sendiri tentang Prabu Dono Pati yang jatuh cinta pada Dewi Sukesi dan berniat untuk datang melamar. Namun, Dewi Sukesi memberikan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menikahinya.
Prabu Dono merasa tak sanggup memenuhi beberapa syarat. Lalu, dimintalah ayahnya Begawan Wisarawa untuk membantu, hingga akhirnya berhasil. Sayangnya, Dewi Sukesi enggan menerima karena bukan Prabu Dono yang menyelesaikannya, dan akhirnya memilih menikahi Begawan Wisarawa.
Prabu Dono merasa marah pada sang ayah. Namun di sisi lain, Begawan juga merasa bersalah hingga akhirnya memilih bunuh diri dan masuk ke dalam api.
Dalang Putut sendiri berharap cerita pewayangan dari serat Lokapala ini bisa memberikan pembelajaran para penontonnya untuk lebih mandiri lagi di 2020, berusaha dengan usaha sendiri, jangan mudah meminta bantuan pada orang lain, termasuk kepada orangtua sekalipun.
Baca Juga: Rhoma Irama Sebarkan Pesan Perdamaian di Malam Tahun Baru
"Sebenarnya pendidikan karakter (mulainya) dari orangtua. Orangtua harus ajarkan pada anaknya dari hal-hal kecil, (misalnya) dari wayang, Mahabrata, Ramayana," jelasnya.