Setahun Pasca Tsunami Banten, Sektor Pariwisata di Carita Masih Lesu

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Minggu, 22 Desember 2019 | 15:29 WIB
Setahun Pasca Tsunami Banten, Sektor Pariwisata di Carita Masih Lesu
Setahun pasca tsunami Banteng, Wisata di Pantai Carita masih lesu. (Suara.com/Saepulloh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setahun Pasca Tsunami Banten, Sektor Pariwisata di Carita Masih Lesu

Pantai Carita menjadi salah satu daerah dengan dampak kerusakan paling besar saat tsunami Banten terjadi tahun lalu. Meski sebagian besar daerah wisata sudah pulih dan bisa dikunjungi, aktivitasnya masih terbilang rendah.

Teja Hariana, salah satu pelaku usaha wisata di Carita mengungkap setahun pasca tsunami, kunjungan wisatawan pun makin turun drastis. Tren wisata pun berubah menjadi berlibur hanya dalam waktu satu hari tanpa menginap.

Sebab, kata Teja, para tamu masih merasa takut dengan peristiwa tsunami tahun lalu yang terjadi pada bulan Desember dan di hari Sabtu.

Baca Juga: Pantai Carita di Pandeglang, Indah Mempesona Tapi Sepi Wisatawan

"Banyak yang one day saja, mereka masih khawatir, karena kejadiannya bulan Desember, pada saat hari sabtu. Kita coba lihat ke belakang waktu longsor Krakatau kan Sabtu. Jadi orang melihat Desember sama seperti di (Tsunami) Aceh juga Desember, jadi orang beranggapan Desember itu bulan yang mesti ditakuti. Sabtu Minggu itu hari yang mesti diwaspadai," ujarnya saat ditemui Suara.com, Minggu (22/12/2019).

Penurunan pengunjung terasa signifkan karena biasanya pada periode libur Natal dan Tahun Baru, penginapan di wilayah Pantai Carita akan dipenuhi oleh pengunjung. Namun tahun ini, wisatawan nyaris tidak ada dan penginapan kosong.

"Untuk tahun ini sulit diharapkan karena natal nyaris gak ada tamu. Tiap harinya apalagi lebih parah. Kan nunggu momen, orang berlibur nunggu waktu. Kalau biasa harapnya libur tahun baru itu dianggap libur panjang lah," katanya.

Setahun pasca tsunami Banteng, Wisata di Pantai Carita masih lesu. (Suara.com/Saepulloh)
Setahun pasca tsunami Banteng, Wisata di Pantai Carita masih lesu. (Suara.com/Saepulloh)

Teja merupakan pemilik Cinde Wulung Bed and Resto yang berlokasi di Jalan Raya Carita Km 9, Desa Sukajadi, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten. Untuk promosi Teja hanya mengandalkan penyedia layanan pemesanan hotel secara daring seperti Traveloka dan Airbnb, serta mengandalkan dari para tamu yang puas terhadap servis yang mereka dapat.

"Kita gak ada promosi lagi, kalau di Cinde masih bisa survive yah. Kita juga promosiin lewat tamu juga, jadi tamu itu kan kebanyakan komen ya bagus, masih bisa berjalan oke," ungkap Teja di Carita, Minggu (22/12/2019).

Baca Juga: Sedih, Cerita Pedagang di Pantai Carita yang Kini Sepi Pengunjung

Namun cerita lain dialami Carita Baka Baka Cottages dan Restoran yang lokasinya berhadapan dengan Cinde Wulung. Cottage itu milik keluarga besar Teja yang ia kelola. Menurutnya, kondisinya cukup memprihatinkan bahkan sudah mati suri sejak tiga tahun lalu. Dari 12 Kamar yang tersedia, kini hanya 3 kamar berfungsi. Sisanya sudah tak terawat dan tak layak huni.

"Baka Baka yang masalah, udah koma, udah tidur. Sebelumnya tiga tahun yang lalu, kita masih bisa ngerasain pariwisata. Ada 12 cottages, sekarang nyaris tidak terawat hanya 3 saja yang berfungsi, yang lain gak layak huni. Sudah tidak tercover lagi biayanya," keluhnya.

Setahun pasca tsunami Banteng, Wisata di Pantai Carita masih lesu. (Suara.com/Saepulloh)
Teja Hariana pengelola Carita Baka-baka. (Suara.com/Saepulloh)

Jauh sebelum bencana tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018, Teja sudah merasakan loyonya industri pariwisata di Pantai Carita. Salah satu alasannya adalah karena tidak ada kepedulian pemerintah daerah terhadap dunia pariwisata.

Pemerintah daerah tidak menunjang daerah wisata dengan membangun infrastruktur yang dibutuhkan. Ada pula isu tentang sanitasi dan higienitas akibat kurang tertatanya pengolahan sampah dan limbah di Carita.

"Terus ada gak truk angkut sampah di Carita atau di Pasar Carita, mereka gak punya alat angkutnya. Hanya punya TPS, Tapi tidak diangkut, akhirnya jadi pencemaran, kumuh, menyengat. Kalau kumuh gak identik dengan pariwisata alam. Jadi masalah itu dari dulu gak ada perhatian," imbuhnya lagi.

Mati surinya pariwisata di Carita membuat pelaku pariwisata yang merugi, bahkan para pedagang juga terpaksa kehilangan mata pencaharian jika sektor pariwisata di Carita mati suri.

"Sayang potensi ada, tapi gak ada gunanya. Sehingga berdampak pada pedagang kecil yang hidupnya bergantung pada pariwisata. Dari pedagang tiker, sewa ban, kelapa muda, pedagang emping. Sekarang mereka semua kehilangan mata pencaharian," tutupnya.

Kontributor : Saepulloh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI